This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 28 Agustus 2017

KUMUDA MARTYA MARWA (MEMAYU BUYUT)

Secara singkat sejarah Bale Panjang adalah tempat pasujudan (Masjid) hal ini dapat di ketahui dari sebuah seloka yang bertuliskan Huruf Rikasara yang berbunyi:
Ing Mangsa Tumurun Seh Asupi Sirulloh, Katah Badal Manggoneng Tlatah Sarah Bahu, Ginahu Sarahing Ngurip, Pasujudan Tan Tepung Hing ShopeSumurup Sengengeng, Ngasup Ngewodho Balepanjang, Mrih Pangriyome Waringin, Giri Panilas, Jembar Kalangane Sirbudhirahsa

"Pada masa padukuan dipimpin Syekh Asufi Sirulloh, Banyak Utusan yang bermukim di Pesantren Duku Maja, Menuntut ilmu kehidupan (Agama Islam), Hingga Masjid Sirbudhirahsa tidak muat menampung jamaah, Saat petang Syekh Asup membawah (dibahu) Balepanjang, ditarau di bawah pohon beringin, Bukit Panilas, Masjid Sirbudhirahsa diperluas hingga kepelatarannya"

Kumuda memayu buyut adalah prosesi Pemugaran Atap Bale Panjang yang merupakan sebuah symbol dari masa lalu akan keberadaan Tlatah Sarah Bahu Gamel. Bale panjang tidak lain adalah sebuah pituah dari sesepuh Gamel (Syaikh Sulaiman Bagdadi/Syaikh Semuningaran) untuk anak cucu dalam bentuk “Bandhasan” (Nasihat yang dibentuk dalam bangunan atau benda). Bale Panjang secara sederhana berarti Tempat Bersandar Hidup Mati manusia, Bale symbol tempat kematian (tidur) sedang Panjang (Piring) symbol tempat kehidupan (Makan). Sedang bentuk bangunan Bale panjang sendiri memiliki makna sebagai berikut:
a.      Kaki Bale Panjang (Saqodam) berjumlah 6 (Enam) yang menyimbolkan akan hidup harus berlandaskan keimanan.
b.      Tihang Bale Panjang (Kumasama’) berjumlah 5 (Lima) yang menyimbolkan akan hisup harus dibangun dan berdiri pada Rukun Islam. Salah satu tihang merupakan Saka Dempet yang merupakan symbol berdirinya hidupharus mengikat erat dua kalimat syahadat.
c.       Papan Bale Panjang (Kehidamajlis) berjumlah 17 (Tujuh Belas) yang menyimbolkan hidup harus beralaskan/bersandar setiap waktu pada Shalat 5 Waktu.
d.      Blandar Bale Panjang berjumlah 4 (Empat) yang merupakan symbol penguat hidup adalah 4 Mas-hab maupun 4 Unsur Hidup (Hablu Minalloh, Hablu Minnas, Hablu Minassiri, Hablu Minal Ardhi).
Bale Panjang berada di bawah pohon Asem dan Pohon Beringin yang merupakan symbol Al Quran ( Beringin = Waringin, Wari = Air Jerni mengartikan Ilmu/Petunjuk, Ngin = Nafas/Keinginan/Hidup. Waringin = Petunjuk Hidup = Quran Hadis). Pohon Asem symbol Kekafahan (Totalitas) dalam menjalankan makna yang terkandung oleh Bale Panjang dalam kehidupan sehari-hari khususnya masyarakat Tlatah Sarah Bahu Gamel.
Memayu Bale Panjang dilaksanakan setiap tahun dalam rangka menyambut datangnya musim penghujan. Prosesi Memayu dilaksanakan setiap hari Sabtu yang tahun ini jatuh pada 30 Oktober 2017, adapun rangkaian kegiatannya sebagai berikut:
a.      Pementasan Tabu Renteng
Tabu Renteng merupakan kesenian khas Tlatah Sarah Bahu yang memiliki sejarah panjang dan sebuah saksi sejarah akan hubungan Tlatah Sarah Bahu Gamel dengan Kesulthanan Mataram Islam. Tabu Renteng dilaksankan mulai ba’da isya hingga tengah malam pada hari Kamis malam Jumat.

b.      Kumuda Martya Marwa
Kumuda Martya Marwa adalah prosesi pokok memayu bale panjang yang memiliki beberapa kegiatan inti seperti:
1.      Gosaton (Sanggo Sanur Kedaton) merupakan kegiatan pemberian penghargaan terhadap putra-putri Tlatah Sarah Bahu Gamel berusia ≤ 10 Tahun yang dalam satu tahun telah mengatamkan Al Quran. Kegiatan ini diawali setelah Shalat Ashar Gosaton berkumpul di Masjid Kuno Gamel Sirbudhirahsa memakai pakaian Islami. Setelah seremonial di Masjid, Gosotan diarak menuju Bale Panjang dengan iringan tabu Brai. Sesampainya Bale Panjang Gosaton duduk dipanku orang tuanya di atas balepanjang, lalu dihidangkan “Saweran Bubur Abang Putih” (Pemberian Hadiah). Untuk para hadirin duduk menghadap Bale Panjang berlaskan tikar serta Sidqo Kemliketan (Dibagiku Nasi Ketan) kepada seluruh yang hadir. Dibacakan kidung Matranan oleh sesepuh (Ulamah) Tlatah yang berisi nasihat dan amanah agar terus mengaji (Membaca dan memahami isi) Al Quran.
2.      Tabu Brai pementasan pada Jumat Malam Sabtu selepas Magrib hingga Tengah malam
3.    Kupatan, pada pagi sekitar pukul 05.30 Masyarakat bersedekah Kupat dan sejenisnya ke setiap Padukon Kebuyutan (Duku Maja, Waringin, Kudupati, Kebon Branti, dan Ketipes)
4.      Matrat/Madepis Matran, pada pukul 06.00 seluruh lelaki balig/dewasa berkumpul untuk ikut membantu memayu, setelah sesaji dating maka salah satu Tetuah Telatah membacakan “Madepis Matran” (penjelasan tentang balepanjang).
5.      Memayu Bale Panjang dan pementasan Wayang Purwa sehari semalam suntuk.

c.       Mlaku Bareng (Tarkib Marwa) adalah arak-arakan mengelilingi desa.

d.      Pengajian Umum




Sabtu, 22 April 2017

KIRAB AGUNG NILAS BEDHAYA SIRBUDHIRAHSA TLATAH SARAH BAHU


NILAS BEDHAYA SIRBUDHIRAHSA merupakan tradisi masyarakat Desa Gamel dan Sarabau atau masyarakat Tlatah Sarah Bahu dalam mengingat dua peristiwa besar yang berkaitan dengan Masjid Kuno Gamel.

  1. Pendirian Masjid, peristiwa ini tercatat dalam Sloka Duku Maja yang bertuliskan dengan huruf Pagon dan Rikasara (Aksara Tlatah Sarah Bahu), yang menceritakan pendirian Masjid Sirbudhirahsa oleh Syaikh Sulaiman Bagdadi/Syaikh Semuningaran yang dikenal dengan sebutan Sanghyang Semar, yang diperkirakan pada Tahun 510 H atau menurut kepercayaan masyarakat dibangun pada tahun 1111 Masehi. 
    Rikasara
  2. Pembuatan Atap, pembuatan atap masjid merupakan hadiah dari Sulthan Cirebon menurut tutur orang tua adalah sulthan kanoman pertama. Peristiwa ini terdapat dalam prasasti Saka Blandar Masjid Kuno Gamel, yaitu: (Blandar Selatan) "MAR HADI NGAWAS, ANGMUNG NGEWALEN, 5261"  & "DINA HAHAD JUMADIL KAKIR, TAHUD JIM HAHIR, 82" (Secara langsung Sulthan Mengawasi, Hanya Membuat Atap, 1625) dan (Hari Minggu bulan Jumadil Akhir Tahun Jim Akhir tanggal 28).  (Saka Blandar Utara) "BENGIYE MADEPIS HADI NATA WALAN, RUGABA BAHANA SINAGASA KUWASAN HULIHI" (Pada Malam Harinya Berkumpul menjelaskan secara rinci oleh Sulthan bagaimana cara membuat atap, Sebagai Ucapan terima kasih yang tulus karena rasa bahagia atas segala sumbangsi Buyut Gamel yang telah mengembalikan Singgasana dan Kekuasaannya).
Bengiye Madepis Hadi Nata Walan
Rugaba Bahana Sinagasa Kuwasan Hulihi

Mar Hadi Nyawas
Angmung Ngewalen
5261

Dina Ahad Jumadil Akir
Tahud Jam Hakir, 82

Dari dua peristiwa diatas tersebut maka masyarakat Tlatah Sarah Bahu setiap tahun mengadakan acara Sebah Sinariyan yaitu acara penyambutan kedatangan sulthan kanoman berkunjung ke tlatah Sarah Bahu yaitu pada malam 28 Jumadilakir. Kigiatan Sebah Sinariyan menurut catatan Sloka Klaras Sengkle dilaksanakan sampai tahun 1807, setelah tahun tersebut karena kondisi kesulthanan yang sangat terbelengguh oleh penjajah tidak dilaksanakan kembali. Dan pada Tahun 2016 diprakarsahi oleh keturunan ke 19 dari Buyut Gamel yaitu Pangeran Anom tradisi Sebah Sinariyan dihidupkan kemabali dengan nama KIRAB AGUNG NILAS BEDHAYA SIRBUDHIRAHSA. 

Dalam Kirab Agung Nilas Bedhaya Sirbudhirahsa yang dilaksanakan selama 8 hari berturut turut ini (malam 21 - malam 28 Jumadilakir) terdapat kegiatan sebagai berikut:




PRA NILAS BEDHAYA
  1. Pangrehyang Purwa: Yaitu kegiatan urun rembug para sesepuh dan toko masyarakat Desa Gamel & Desa Sarabau menentukan waktu dan bentuk kegiatan serta Panitia Nilas. Kegiatan ini dilaksanakan 4 atau 3 bulan sebelum dilaksanakan Nilas Bedhaya Sirbudhirahsa.
  2. Pangrehyong Bawan: yaitu kegiatan urun rembug membicarakan tentang pelaksanaan dipimpin oleh panitia inti kegiatan, memberikan gambaran kegiatan yang akan dilaksanakan, biaya yang diperlukan, serta pemberian mandat kepada orang orang yang menjadi penanggung jawab merekrut serta menyelenggarakan salah satu kegiatan dalam Nilas yang disebut "Pamangkuh", contoh Pamangkuh Banyu Tirta adalah orang yang bertanggung jawab mencari para pemuda untuk dalam kegiatan Pinadosan Banyu dan Kawin Banyu Tirta Wening Parapara, dsb.
  3. Pangrehyang Sapanumpengan: yaitu urun rembug mematangkan kegiatan Nilas Bedhaya Sirbudhirahsa serta memberikan amanah untuk ziarah kebeberapa makom buyut seprti; Buyut Dukumaja, Buyut Asup, Buyut Nyimas Ja-Gung, Buyut Nawa Renteng (Kebon Branti), Damar Wulan, Raden Sayid Iman (Pengaringan), Buyut Kibekel Wasih. Dan persiapan malam Pangrehyang Manimpunan yaitu mengamanatkan setiap RT menyediakan tumpeng dan bekakak. Kegiatan ini dilaksanakan 2 atau 1 minggu sebelum pelaksanaan Pangrehyang Manimpunan.
  4. Pangrehyang Rehyong Manimpunan: yaitu menandakan kegiatan Nilas Bedhaya Sirbudhirahsa akan dilaksanakan pada 3 atau 1 hari lagi. Kegiatan ini berisi pembacaan Tahlil Ratib Agung Panuratrahsa dan dilanjutkan Makan Bersama yang beralaskan daun pisang memanjang. Dan pemberian jubah kepada Jubah kepada Ketua DKM sebagai simbol siap melaksanakan Nilas Bedhaya Sirbudhirahsa.


KIRAB AGUNG NILAS BEDHAYA SIRBUDHIRAHSA

  1. Panadosan Banyu Tirtawening Parapara: yaitu kegiatan pengambilan Air dari 5 mata air yang berada di tapal batas Desa (Duku Majo, Kegipes, Kebon Branti, Margi Waringin, Damar Wulan) oleh 11 orang setiap Sumur. Kegiatan ini dilaksanakan selepas ashar.
  2. Kawin Banyu Tirtawening Parapara: yaitu kegiatan pengambilan air dari 2 Mata air oleh Pamangkuh Panatagari (Kepala Desa). Sumur Balai Desa Gamel dan Sumur Buyut Asup. Kegiatan ini dilaksanakan sehabis Isya'. 
  3. Payung Kencana Agung: yaitu kegiatan mengaji oleh 21 Santri asli putra Gamel Sarabau, setiap santri mengkhotmilkan surat Al Baqoroh satu malam selama 7 malam berturut-turut yang dilakukan selepas Isya' di dalam Masjid Kuno Sirbudhirahsa Gamel. Hal ini berdasarkan cerita jika Syekh Sulaiman Bagdadi akan membuka lahan untuk membuat masjid dengan membaca Surat Albaqoroh 21x/malam selama 41 hari.
  4. Luwesaron: yaitu pageran tabuh renteng/Brai yang merupakan seni asli tlatah Sarah Bahu, sejak malam ke 3 hingga pelal.
  5. Ngaras Kilasara: Urun rembug panitia menentukan sesepuh siapa saja yang diundang untuk acara Kilasara Laras. Kegiatan ini di lakukan pada malam ke 4.
  6. Kilasara Laras: yaitu kegiatan urun rembug para pinisepuh untuk menyamakan persepsi sejarah yang akan dibacakan di malam pelal "Madepis Hadi Nata". Kegiatan ini dilaksanakn pada malam ke 6.

    https://m.youtube.com/watch?feature=youtu.be&v=oKCxYXd7-wM
      
  7. Nyawat Parapara: yaitu kegiatan kepemudaan yang berbentuk atraksi yang dilakukan oleh para pemuda dalam mengisi malam Nilas Bedhaya. Kegiatan ini dilakukan dari malam ke 5 - 7.
  8. Sepetakiran: yaitu kegiatan pengambilan sumbangsi masyarakat oleh paniti/pemuda yang berbentuk Takir berisi Beras, Petek, Telor Mentah dan Matan (Uang) yang ditarau di depan Pintu. Panitia hanya mengambil pada rumah yang di depan pintunya ada takir, tanpa mengetuk pintu dan meminta. Setelah dikumpulkan maka diserahkan ke RT/RW blok masing-masing. Kegiatan ini dilaksanakan selepas Ashar pada hari ke 6.
  9. Sebah Sinariyan: yaitu kegiatan menyerahkan hasil Sepetakiran oleh RW beserta Seluruh RT juga masyarakat sehingga berjumlah minimal 11 orang ke panitia di Masjid Kuno Gamel. Kegiatan ini dilaksanakn pada malam ke 7.
  10. Mamayuh Talatah: Memasang dan menghias sepanjang jalan dengan umbul umbul dan sebagainya. Kegiatan ini dilakukan pada pagi hari ke 7.
  11. Kirab Komala Agung: yaitu kegiatan menjemputan dan mengarak Sulthan dari Waru Agung ke Telatah Sarah Bahu. Kegiatan ini dilakakukan selepas Ashar pada hari ke 7.



  12. Tarkib Ngeran: yaitu penjemputan sulthan dari Rumah Singgah (Makom Pangkrasag) ke Masjid untuk sholat Isya' berjamaah. Setelah solat dilanjut pembacaan Tahlil Ratib Agung Panuratrahsa.

  13. Madhepis Hadi Nata: yaitu sambutan dari Sulthan dan membacaan sejarah Talatah Sarah Bahu.

  14. Tumpangsari Godong Jati: Makan bersama baik muspika, Sulthan, Pilih Sepuh dan masyarakat umum dengan menu Nasi Putih, Sambal, Petek, Dadar yang dibungkus Daun Jati.
    Sulthan & Rakyat makan dengan lauk yang sama: Petek Dadar Rumba dan Sambal, Nasi Putih

Batik Motif Bale Panjang

BATIK TULIS MOTIF BALE PANJANG dari DESA GAMEL CIREBON
Batik Bale Panjang dalam Penyambutan Pangeran Raja M Qodiran (Patih Kanoman)


Motif Bale Panjang merupakan Motif Batik Tulis Cirebon yang berasal dari Desa Gamel yang memiliki sejarah panjang. Motif Bale Panjang memiliki filosi yang sangat dalam baik dari susunan gambar maupun penggunaan warnanya. Namun Motif ini telah menghilang sejak tahun 1880an bertepatnya terjadi pergolakan politik pada masa itu.
Motif Bale Panjang yang dihadiahkan untuk Sulthan Kanoman: Leman Petak

Dalam salah satu catatan dalam Kitab Hong Dji yang ditulis pada tahun 1645an (terdapat gambar batik yang sangat sederhana) Motif Bale Panjang dikenal juga dengan Motif Kubet. Kubet sendiri merupakan pusaka tlatah Sarah Bahu yang berbentuk Keris Berdapur Lurus (Mirip Betok) yang memiliki lengkungan/cabang seperti Kujang dan terbuat dari Emas murni, sayangnya pada tahun 1970an pusaka ini hilang dari patilasan Syekh Asyufi Sirnurulloh. Mengapa Motif ini di namai juga Batik Kubet karena fungsi utama batik ini adalah membungkus Pusaka Kubet. Pada tahun 2008/2009 salah satu keturunan Wit Waringin Rungkad yang ke 19 bernama Pangeran Anom menyadurkannya dan disempurnakan oleh Raden Sentanu Warinata dan mulai dibatik kembali Tahun 2017 yang dipakai dalam Kirab Agung Nilas Bedhaya Sirbudhirahsa Masjid Kuno Gamel dihari pelal untuk menyambut Sulthan Kanoman atau Raja Pati Muhammad Qodiron dari Kesulthanan Kanoman Cirebon.




Batik Bale Panjang ini memiliki filosofi tersendiri:

  1. Simbol Kesunyatan, susunan dan komposisi gambar dan simbol dalam batik ini memperlihatkan kesunyian (Suwung ing Hisi, Hisi hing Suwung), Asesepuhing Asesepih Sepuhing Ngurip.
  2. Bale Panjang merupakan simbol tuntunan hidup (Rukun Islam lan Iman)
  3. Waringin Rungkad merupakan Piwulang Urip 
  4. Degradasi warna dalam motif Bale Panjang hanya ada 3 perpaduan warna: Hitam bisa untuk Dasaran atau Sunggingan, Putih bisa Untuk Dasaran atau Isen, Coklat bisa untuk isen atau Sunggingan. Hitam menyimbolkan keabadian/kekekalan dan kemutlakan (Tuhan). Putih merupakan simbol kesucian/kelahiran atau kenetralan (Fitrah/Alam). Coklat melambangkan perbuatan atau Dharma (Manusia). Tiga elemen ini tidak bisa dipisahkan dalam yang namanya kehidupan; Harus Menjaga Keseimbangan dan Harmonisasi hubungan Tuhan Alam Manusia (Habluminalloh Habluminal ardh wa Habluminannas).

Batik Tulis Motif Bale Panjang hanya digunakan dalam acara acara tertentu biasanya yang berkaitan dengan kegiatan keagamaan atau tradisi juga penyambutan tamu yang diaggap terhormat.
Dalam Acara Tradisi Tahunan desa Gamel yaitu Kirab Agung Nilas Bedhaya Sirbudhirahsa ada aturan pemakaian Batik Bale Panjang yang dikenakan oleh penyambut. Motif Bale Panjang Kubet dipakai saat Menyambut Sulthan yang mengandarai Kencana yang dilakukan 4 tahunan atau yang pelalnya jatuh di hari Ahad. Sedang pada acara Kirab Nilas Bedhaya Sirbudhirahsa penyambut menggunakan Batik Bale Panjang Mangu, yang mengartikan acara yang lebih sederhana dan kekeluargaan.

Catatan
Motif ini memiliki dua jenis:
1. Bale Panjang atau Bale Kubet (di atas)
2. Bale Panjang Mangu