Senin, 28 Agustus 2017

KUMUDA MARTYA MARWA (MEMAYU BUYUT)

Secara singkat sejarah Bale Panjang adalah tempat pasujudan (Masjid) hal ini dapat di ketahui dari sebuah seloka yang bertuliskan Huruf Rikasara yang berbunyi:
Ing Mangsa Tumurun Seh Asupi Sirulloh, Katah Badal Manggoneng Tlatah Sarah Bahu, Ginahu Sarahing Ngurip, Pasujudan Tan Tepung Hing ShopeSumurup Sengengeng, Ngasup Ngewodho Balepanjang, Mrih Pangriyome Waringin, Giri Panilas, Jembar Kalangane Sirbudhirahsa

"Pada masa padukuan dipimpin Syekh Asufi Sirulloh, Banyak Utusan yang bermukim di Pesantren Duku Maja, Menuntut ilmu kehidupan (Agama Islam), Hingga Masjid Sirbudhirahsa tidak muat menampung jamaah, Saat petang Syekh Asup membawah (dibahu) Balepanjang, ditarau di bawah pohon beringin, Bukit Panilas, Masjid Sirbudhirahsa diperluas hingga kepelatarannya"

Kumuda memayu buyut adalah prosesi Pemugaran Atap Bale Panjang yang merupakan sebuah symbol dari masa lalu akan keberadaan Tlatah Sarah Bahu Gamel. Bale panjang tidak lain adalah sebuah pituah dari sesepuh Gamel (Syaikh Sulaiman Bagdadi/Syaikh Semuningaran) untuk anak cucu dalam bentuk “Bandhasan” (Nasihat yang dibentuk dalam bangunan atau benda). Bale Panjang secara sederhana berarti Tempat Bersandar Hidup Mati manusia, Bale symbol tempat kematian (tidur) sedang Panjang (Piring) symbol tempat kehidupan (Makan). Sedang bentuk bangunan Bale panjang sendiri memiliki makna sebagai berikut:
a.      Kaki Bale Panjang (Saqodam) berjumlah 6 (Enam) yang menyimbolkan akan hidup harus berlandaskan keimanan.
b.      Tihang Bale Panjang (Kumasama’) berjumlah 5 (Lima) yang menyimbolkan akan hisup harus dibangun dan berdiri pada Rukun Islam. Salah satu tihang merupakan Saka Dempet yang merupakan symbol berdirinya hidupharus mengikat erat dua kalimat syahadat.
c.       Papan Bale Panjang (Kehidamajlis) berjumlah 17 (Tujuh Belas) yang menyimbolkan hidup harus beralaskan/bersandar setiap waktu pada Shalat 5 Waktu.
d.      Blandar Bale Panjang berjumlah 4 (Empat) yang merupakan symbol penguat hidup adalah 4 Mas-hab maupun 4 Unsur Hidup (Hablu Minalloh, Hablu Minnas, Hablu Minassiri, Hablu Minal Ardhi).
Bale Panjang berada di bawah pohon Asem dan Pohon Beringin yang merupakan symbol Al Quran ( Beringin = Waringin, Wari = Air Jerni mengartikan Ilmu/Petunjuk, Ngin = Nafas/Keinginan/Hidup. Waringin = Petunjuk Hidup = Quran Hadis). Pohon Asem symbol Kekafahan (Totalitas) dalam menjalankan makna yang terkandung oleh Bale Panjang dalam kehidupan sehari-hari khususnya masyarakat Tlatah Sarah Bahu Gamel.
Memayu Bale Panjang dilaksanakan setiap tahun dalam rangka menyambut datangnya musim penghujan. Prosesi Memayu dilaksanakan setiap hari Sabtu yang tahun ini jatuh pada 30 Oktober 2017, adapun rangkaian kegiatannya sebagai berikut:
a.      Pementasan Tabu Renteng
Tabu Renteng merupakan kesenian khas Tlatah Sarah Bahu yang memiliki sejarah panjang dan sebuah saksi sejarah akan hubungan Tlatah Sarah Bahu Gamel dengan Kesulthanan Mataram Islam. Tabu Renteng dilaksankan mulai ba’da isya hingga tengah malam pada hari Kamis malam Jumat.

b.      Kumuda Martya Marwa
Kumuda Martya Marwa adalah prosesi pokok memayu bale panjang yang memiliki beberapa kegiatan inti seperti:
1.      Gosaton (Sanggo Sanur Kedaton) merupakan kegiatan pemberian penghargaan terhadap putra-putri Tlatah Sarah Bahu Gamel berusia ≤ 10 Tahun yang dalam satu tahun telah mengatamkan Al Quran. Kegiatan ini diawali setelah Shalat Ashar Gosaton berkumpul di Masjid Kuno Gamel Sirbudhirahsa memakai pakaian Islami. Setelah seremonial di Masjid, Gosotan diarak menuju Bale Panjang dengan iringan tabu Brai. Sesampainya Bale Panjang Gosaton duduk dipanku orang tuanya di atas balepanjang, lalu dihidangkan “Saweran Bubur Abang Putih” (Pemberian Hadiah). Untuk para hadirin duduk menghadap Bale Panjang berlaskan tikar serta Sidqo Kemliketan (Dibagiku Nasi Ketan) kepada seluruh yang hadir. Dibacakan kidung Matranan oleh sesepuh (Ulamah) Tlatah yang berisi nasihat dan amanah agar terus mengaji (Membaca dan memahami isi) Al Quran.
2.      Tabu Brai pementasan pada Jumat Malam Sabtu selepas Magrib hingga Tengah malam
3.    Kupatan, pada pagi sekitar pukul 05.30 Masyarakat bersedekah Kupat dan sejenisnya ke setiap Padukon Kebuyutan (Duku Maja, Waringin, Kudupati, Kebon Branti, dan Ketipes)
4.      Matrat/Madepis Matran, pada pukul 06.00 seluruh lelaki balig/dewasa berkumpul untuk ikut membantu memayu, setelah sesaji dating maka salah satu Tetuah Telatah membacakan “Madepis Matran” (penjelasan tentang balepanjang).
5.      Memayu Bale Panjang dan pementasan Wayang Purwa sehari semalam suntuk.

c.       Mlaku Bareng (Tarkib Marwa) adalah arak-arakan mengelilingi desa.

d.      Pengajian Umum




0 komentar:

Posting Komentar