Minggu, 24 Februari 2019

TRADISI BUKA SIRAB


FILOSOFI
BUKA SIRAB DAN MEMAYU

Dalam tradisi menjaga atau memperbaiki bangunan peninggalan zaman dahulu di Desa-desa adat Cirebon, kita mengenal 2 tradisi yaitu Buka Sirab dan Memayu yang masih lestari dilaksanakan disetiap desa sebagai media menjaga kelestarikan bangunan/tradisi juga sebagai upaya menjaga sikap gotong royong dan kebersamaan.

A.      BUKA SIRAB

Buka Sirab merupakan tradisi yang dilakukan oleh desa-desa adat yang berada di daerah Cirebon yang masih memegang teguh tradisi. Buka Sirab juga merupakan kearifan lokal yang memiliki makna filosofi kehidupan yang sangat dalam. Namun dengan kemajuan jaman dan teknologi pemaknaan filosofi ini kian terlupakan. Maka disini penulis mencoba membabarkan tentang kandungan dari Tradisi Buka Sirab yang diambil dari penjabaran Seloka Sanggo Buwono.
Tradisi buka sirab masih dilaksanakan secara rutin oleh masyarakat adat yang berada di desa-desa adat Cirebon. Tradisi Buka Sirab biasanya dilakukan dalam kurun waktu 8 tahun (sewindu) satu kali. Walau untuk zaman sekarang beberapa desa menerapkan 4 tahun sekali karena menimbang beberapa faktor. Faktor yang umum yaitu karena kualitas bahan yang tidak sebagus zaman dahulu, serta pertimbangan lainnya.
Sirab sendiri merupakan atap secara keseluruhan baik kayu penyangga maupun penutupnya, walau secara umum dipahami sirab adalah kayu penutupnya (genting). Sirab penutup memiliki dua jenis bahan yaitu 1Kayu jati yang disebut sirab dan 2Daun Tebu/Ilalang yang disebut welit. Bentuk Sirab biasanya berbentuk limasan 4 sisi, sedang kayu penyangganya berjumlah 9 dan diujungnya diberi hiasan yang disebut Memolo. Setiap bagian sirab memiliki makna dan filosofi yang menjadi tuntunan masyarakat adat yang dipegang secara teguh.
        Kata Sirab merupakan kata serapan bahasa arab dari kata Sirr Rabb yang berarti Rahasia Tuhan. Buka Sirab mengartikan porsesi membuka tabir ketuhanan. Sebagai seorang muslim kita wajib  mengenal Alloh, mengetahui dan mengakui keberadaan Alloh. Buka Sirab inilah yang disebut dengan Ma’rifat billah, dan merupakan inti pendidikan kearifan lokal tanah Cirebon yang selalu berorentasi mencapai kesempurnaan hidup di alam Nirwana/kehidupan setelah hidup di dunia fanna. Fa’lam annahu la ilaha illallohu, innalloha molakum.
Prosesi Buka Sirab dilakukan setiap 8 tahun/sewindu sekali, ini memiliki beberapa pemahaman:
a.       Simbol 8 bulan
Mengartikan 8 bulan dalam kandungan sebagai waktu persiapan perpindahan alam kandungan ke alam lahir.
b.      Simbol 8 Tahun
Mengartikan Umur anak 8 tahun sebagai persiapan memasuki masa baligh yang semua perbuatan akan ditanggung oleh seorang anak.
c.       Simbol Sewindu
Mengartikan tahun akhir yang akan kembali ke tahun awal (pertama) lagi. Dalam pemahaman Tahun jawa memiliki 8 tahun yang akan kembali lagi ke tahun awal (alif).  Masa persiapan manusia sebelum kembali ke asal (Muli Ing Kawitaning Urip)
       
Sirab berbentuk limasan 4 sisi, memiliki makna:

a.      Mashab
Mengartikan jika empat mashab dalam Islam bersumber dan bertujuan satu yaitu untuk menyempurnakan ibadah terhadap Alloh. Semua memiliki posisi masing-masing namun saling terikat dan menjadi satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
b.      Martabat
Mengartikan 4 Martabat/Tingkatan mausia yaitu Sari’at, Toriqot, Hakikat,dan Ma’rifat merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dan ditinggalkan salah satunya. Sareat berkedudukan sejajar dengan Ma’rifat, Toriqot sejajar dengan Hakikat. Empat martabat ini tidak boleh dipisahkan karena saling melengkapi, hadirnya 4 martabat ini maka menjadikan Ibadah yang ajeg. Seorang yang beribadah harus mengetahui tata cara dan hukumnya (Syari’at), saat melakukan ibadah disebut Toriqot, saat melakukan ibadah harus memahami dan sadar apa yang dilakukan/dibaca (Hakikat) dan memahami kepada siapa dan untuk apa ibadahnya (Ma’rifat). Seperti 4 sisi penutup Sirab harus terisi semua agar tidak bocor bangunan saat hujan.
c.       Kasta
Mengartikan 4 Kasta manusia yaitu Sudra/Petani, Waisya/Pedagang, Ksatriya/Pejabat dan Brahma/Ulama. Semua sama, sejajar dan tidak ada perbedaan dalam mencari rido dan beribadah kepada Tuhan. Semua tidak ada yang lebih baik, hanya menempati sisi/posisi yang berbeda ada yang di depan, belakan dan samping kanan kiri tapi tetatap sejajar dan menuju memolo (Kang Molahaken/Tuhan).

Bentuk Penutup Sirab memiliki dua macam:

1.       Bahan kayu jati yang bibuat 5 persegi  (⌂) mengandung filosofi sebagai berikut;
a.       Kayu simbol dari Pohon dalam bahasa arab disebut Sajaratun (Wit/Kawitan) yang diartikan sejarah sejati (Kayu Jati). Manusia hendaknnya mengetahui sajarah/asal mula dirinya.
b.      Kayu Jati dari kata Kayun/Hidup yang sebenarnya. Manusia hendaknya tahu tujuan sejati dan untuk apa hidupnya, yaitu hanya untuk ibadah kepada Tuhannya. Ibadah ini dalam pengertian luas.
c.       Sirab bahan kayu ini berbentuk persegi 5 (⌂) menekankan jika dalam menyingkap Hijab Tuhan dengan 5 rukun islam dengan memahami secara mendalam serta menjalankannya.


2.       Bahan penutup sirab yang lumrah juga adalah dari ikatan daun batang tebu/atau ilalang yang sering disebut Welit. Welit artinya mengikat dengan kencang, mengartikan bersungguh-sungguh membuat kebajikan sebelum meninggalkan jasad yang hina (ampas tebu). Ilalang/rambit simbol pegangan yaitu seorang yang selalu menggoyangkan kepala (dzikir)/Ulamah. Welit pasti diapit dua bambu (Pring) yang mengartikan seseprang yang mampu mendatangkan 2 keberkahan Tuhan untuk sesamanya.

Foto: Buka Sirab Buyut Trusmi


Saka/sangga Sirab biasanya berjumlah 9 saka pada bangunan desa-desa adat mengartikan 9 wali yaitu ulama yang mengajarkan Islam. Namun khusus di Desa Adat Gamel mengartikan Bandha Nawa atau Babahan Sanga yaitu sembilan lubang yang terdapat di tubuh manusia (akan dibahas lebih mendalam dalam Bab/Kaca Bandha Nawa dan Babahan Sanga). Kayu Balandar kecil biasanya berjumlah 20 (Dua puluh) yang mengandung makna Ajumenengana Sipat Rong Puluh Pangeran Ing Manungsa (Menghadirkan/Memberdirikan sipat 20 Alloh terhadap diri manusia). Dawu Inni Jangilun pil ardhi kolipatan, Man ngarapa Napsahu Fakod Ngarapa Robbahu. Sipat 20 dibagi empat kelompok yaitu Napsiyah, Salbiyah, Mangani dan Maknawiyah.
a.       Wujud iki Anane kaya dene Manungsa ugi Ana
b.      Qidam iku Kawitanan kaya dene Manungsa ugi ana kawitane
c.       Baqo iku langgeng kang denarani langgeng punika kaliputan weptu kaya dene manungsa ugi kaliputan weptu
d.      Muhalapatu Lilhawadis nora pada karo liyane, manungsa uga nora pada mring makluk liyane.
e.      Qiyamuhu Binasihi jumeneng kenang pyambeke, manungsa lir penda jumeneng goneng prakarya pyambek
f.        Wahdaniyyah iku siji kang sawiji, manungsa gadahing prangsan pyambek
g.       Qudrot kuwasan goneng manungsa iku kuwasan maring pinten-pinten perkawis
h.      Irodat kajatjati, manungsa ugi gadani pangrasa lan pangayunan
i.         Ilmu iku pangawikanan sami kaliyan manungsa, wa ngallama adamal asma-a kullaha
j.        Hayat iku urip, saliraning manungsa iku urip
k.       Sama miyarsih dadi pakumpulaning swara kabeh
l.         Basor dulu dadi pakumpulane sekabeh warna
m.    Kalam dawu dadi pakumpulane rahsa kabeh
n.      Konuhu Qodirun kuwasan nganani lan nyirnahaken, manungsa iku densukani kuwasan rekadaya
o.      Konuhu Muridan kang kajat lan mesteni, manungsa iku denwehi mesteni
p.      Konuhu Ngalimun kang uning ing pinten-pinten perkawis, manungsa iku denwehi kuwasan pangawikanan katah
q.      Konuhu Hayyun kahanan dat kang ngurip
r.        Konuhu Samingun kahanan dat kang miyarsi
s.       Konuhu Basirun kahanan dat kang dulu
t.        Konuhu Mutakalimun kahanan dat kang dawu
Dari penjelasan di atas sangat terlihat jika implikasi dari sifat 20 Tuhan itu menyatu dengan sifat manusia dengan skala lebih sempit atau manusia dalam pemahaman Islam Cirebon (Islam Syahdatan Cirbon)  itu sebagai tajali Tuhan di bumi ini, sehingga manusia juga membawa sifat-sifat ketuhanan yang harus di implementasikan dalam kehidupannya di dunia ini demi mencapai kesempurnaan hidup di akhirat nanti.
Pintu masuk dalam membuka Hijab Tuhan (Sirr Robb) itu digambarkan dengan bentuk dan jumlah pintu Bangunan tempat sirob tersebut. Pintu bangunannya memiliki 3 buah yaitu Depan dan Samping Kanan Kiri. Untuk Pintu Depan biasanya dibuka dalam waktu-waktu tertentu dan biasanya lebih kecil/pendek, sedangkan pintu Kanan dan Kiri bisa dibuka setiap waktu. Tiga pintu ini disebut Leblebaning Pamidang (Penutup tempat duduk) yang bermakna Ngitikap, Ngistikoma dan Tumakninah.
a.       Ngitikap iku Melebuha ing Pangayome Gusti Alloh
b.      Ngistikoma iku Jumenenga tinemenan ing Pangampuraning Gusti Alloh
c.       Tumakninah iku Pangrahsaha Apangale Gusti Alloh

B.      MEMAYU

0 komentar:

Posting Komentar