FILOSOFI
BUKA SIRAB DAN MEMAYU
Dalam tradisi menjaga atau memperbaiki bangunan
peninggalan zaman dahulu di Desa-desa adat Cirebon, kita mengenal 2 tradisi
yaitu Buka Sirab dan Memayu yang masih lestari dilaksanakan
disetiap desa sebagai media menjaga kelestarikan bangunan/tradisi juga sebagai
upaya menjaga sikap gotong royong dan kebersamaan.
A.
BUKA SIRAB
Buka Sirab merupakan tradisi yang dilakukan
oleh desa-desa adat yang berada di daerah Cirebon yang masih memegang teguh
tradisi. Buka Sirab juga merupakan kearifan lokal yang memiliki makna filosofi
kehidupan yang sangat dalam. Namun dengan kemajuan jaman dan teknologi pemaknaan
filosofi ini kian terlupakan. Maka disini penulis mencoba membabarkan tentang
kandungan dari Tradisi Buka Sirab yang diambil dari penjabaran Seloka Sanggo
Buwono.
Tradisi
buka sirab masih dilaksanakan secara rutin oleh masyarakat adat yang berada di
desa-desa adat Cirebon. Tradisi Buka Sirab biasanya dilakukan dalam kurun waktu
8 tahun (sewindu) satu kali. Walau untuk zaman sekarang beberapa desa
menerapkan 4 tahun sekali karena menimbang beberapa faktor. Faktor yang umum
yaitu karena kualitas bahan yang tidak sebagus zaman dahulu, serta pertimbangan
lainnya.
Sirab
sendiri merupakan atap secara keseluruhan baik kayu penyangga maupun
penutupnya, walau secara umum dipahami sirab adalah kayu penutupnya (genting). Sirab
penutup memiliki dua jenis bahan yaitu 1Kayu jati yang disebut sirab
dan 2Daun Tebu/Ilalang yang disebut welit. Bentuk Sirab biasanya
berbentuk limasan 4 sisi, sedang kayu penyangganya berjumlah 9 dan diujungnya
diberi hiasan yang disebut Memolo. Setiap bagian sirab memiliki makna dan
filosofi yang menjadi tuntunan masyarakat adat yang dipegang secara teguh.
Kata
Sirab merupakan kata serapan bahasa
arab dari kata Sirr Rabb yang berarti Rahasia
Tuhan. Buka Sirab mengartikan porsesi membuka tabir ketuhanan. Sebagai
seorang muslim kita wajib mengenal
Alloh, mengetahui dan mengakui keberadaan Alloh. Buka Sirab inilah yang disebut dengan Ma’rifat billah, dan merupakan inti pendidikan kearifan lokal tanah
Cirebon yang selalu berorentasi mencapai kesempurnaan hidup di alam
Nirwana/kehidupan setelah hidup di dunia fanna. Fa’lam annahu la ilaha illallohu, innalloha molakum.
Prosesi
Buka Sirab dilakukan setiap 8 tahun/sewindu sekali, ini memiliki beberapa pemahaman:
a. Simbol 8 bulan
Mengartikan 8 bulan
dalam kandungan sebagai waktu persiapan perpindahan alam kandungan ke alam
lahir.
b. Simbol 8 Tahun
Mengartikan Umur anak 8
tahun sebagai persiapan memasuki masa baligh yang semua perbuatan akan
ditanggung oleh seorang anak.
c. Simbol Sewindu
Mengartikan tahun akhir
yang akan kembali ke tahun awal (pertama) lagi. Dalam pemahaman Tahun jawa
memiliki 8 tahun yang akan kembali lagi ke tahun awal (alif). Masa persiapan manusia sebelum kembali ke
asal (Muli Ing Kawitaning Urip)
Sirab berbentuk limasan
4 sisi, memiliki makna:
a. Mashab
Mengartikan jika empat
mashab dalam Islam bersumber dan bertujuan satu yaitu untuk menyempurnakan
ibadah terhadap Alloh. Semua memiliki posisi masing-masing namun saling terikat
dan menjadi satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
b. Martabat
Mengartikan 4
Martabat/Tingkatan mausia yaitu Sari’at, Toriqot, Hakikat,dan Ma’rifat
merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dan ditinggalkan salah satunya. Sareat
berkedudukan sejajar dengan Ma’rifat, Toriqot sejajar dengan Hakikat. Empat
martabat ini tidak boleh dipisahkan karena saling melengkapi, hadirnya 4
martabat ini maka menjadikan Ibadah yang ajeg. Seorang yang beribadah harus
mengetahui tata cara dan hukumnya (Syari’at), saat melakukan ibadah disebut
Toriqot, saat melakukan ibadah harus memahami dan sadar apa yang
dilakukan/dibaca (Hakikat) dan memahami kepada siapa dan untuk apa ibadahnya
(Ma’rifat). Seperti 4 sisi penutup Sirab harus terisi semua agar tidak bocor
bangunan saat hujan.
c. Kasta
Mengartikan 4 Kasta
manusia yaitu Sudra/Petani, Waisya/Pedagang, Ksatriya/Pejabat dan Brahma/Ulama.
Semua sama, sejajar dan tidak ada perbedaan dalam mencari rido dan beribadah
kepada Tuhan. Semua tidak ada yang lebih baik, hanya menempati sisi/posisi yang
berbeda ada yang di depan, belakan dan samping kanan kiri tapi tetatap sejajar
dan menuju memolo (Kang Molahaken/Tuhan).
Bentuk Penutup Sirab
memiliki dua macam:
1. Bahan kayu jati yang bibuat 5
persegi (⌂) mengandung filosofi sebagai berikut;
a. Kayu simbol dari Pohon dalam bahasa arab disebut
Sajaratun (Wit/Kawitan) yang diartikan sejarah sejati (Kayu Jati). Manusia
hendaknnya mengetahui sajarah/asal mula dirinya.
b. Kayu Jati dari kata Kayun/Hidup yang sebenarnya.
Manusia hendaknya tahu tujuan sejati dan untuk apa hidupnya, yaitu hanya untuk
ibadah kepada Tuhannya. Ibadah ini dalam pengertian luas.
c. Sirab bahan kayu ini berbentuk persegi 5 (⌂) menekankan jika dalam menyingkap Hijab Tuhan dengan 5 rukun islam
dengan memahami secara mendalam serta menjalankannya.
2. Bahan penutup sirab yang lumrah juga adalah dari
ikatan daun batang tebu/atau ilalang yang sering disebut Welit. Welit artinya
mengikat dengan kencang, mengartikan bersungguh-sungguh membuat kebajikan
sebelum meninggalkan jasad yang hina (ampas tebu). Ilalang/rambit simbol
pegangan yaitu seorang yang selalu menggoyangkan kepala (dzikir)/Ulamah. Welit
pasti diapit dua bambu (Pring) yang mengartikan seseprang yang mampu
mendatangkan 2 keberkahan Tuhan untuk sesamanya.
Saka/sangga Sirab
biasanya berjumlah 9 saka pada bangunan desa-desa adat mengartikan 9 wali yaitu
ulama yang mengajarkan Islam. Namun khusus di Desa Adat Gamel mengartikan
Bandha Nawa atau Babahan Sanga yaitu sembilan lubang yang terdapat di tubuh
manusia (akan dibahas lebih mendalam dalam Bab/Kaca Bandha Nawa dan Babahan
Sanga). Kayu Balandar kecil
biasanya berjumlah 20 (Dua puluh)
yang mengandung makna Ajumenengana Sipat
Rong Puluh Pangeran Ing Manungsa (Menghadirkan/Memberdirikan
sipat 20 Alloh terhadap diri manusia). Dawu
Inni Jangilun pil ardhi kolipatan, Man ngarapa Napsahu Fakod Ngarapa Robbahu.
Sipat 20 dibagi empat kelompok yaitu Napsiyah, Salbiyah, Mangani dan
Maknawiyah.
a. Wujud iki Anane kaya dene Manungsa ugi Ana
b. Qidam iku Kawitanan kaya dene Manungsa ugi ana kawitane
c. Baqo iku langgeng kang denarani langgeng punika kaliputan
weptu kaya dene manungsa ugi kaliputan weptu
d. Muhalapatu
Lilhawadis nora pada karo
liyane, manungsa uga nora pada mring makluk liyane.
e. Qiyamuhu
Binasihi jumeneng kenang
pyambeke, manungsa lir penda jumeneng goneng prakarya pyambek
f.
Wahdaniyyah iku siji kang sawiji, manungsa gadahing prangsan pyambek
g. Qudrot kuwasan goneng manungsa iku kuwasan maring
pinten-pinten perkawis
h. Irodat kajatjati, manungsa ugi gadani pangrasa lan
pangayunan
i.
Ilmu iku pangawikanan
sami kaliyan manungsa, wa ngallama adamal asma-a kullaha
j.
Hayat iku urip,
saliraning manungsa iku urip
k. Sama miyarsih dadi pakumpulaning swara kabeh
l.
Basor dulu dadi
pakumpulane sekabeh warna
m. Kalam dawu dadi pakumpulane rahsa kabeh
n. Konuhu Qodirun
kuwasan nganani lan nyirnahaken, manungsa
iku densukani kuwasan rekadaya
o. Konuhu Muridan kang kajat lan mesteni, manungsa iku denwehi mesteni
p. Konuhu
Ngalimun kang uning ing
pinten-pinten perkawis, manungsa iku denwehi kuwasan pangawikanan katah
q. Konuhu Hayyun kahanan dat kang ngurip
r.
Konuhu Samingun kahanan dat kang miyarsi
s. Konuhu Basirun
kahanan dat kang dulu
t.
Konuhu Mutakalimun kahanan dat kang dawu
Dari penjelasan di
atas sangat terlihat jika implikasi dari sifat 20 Tuhan itu menyatu dengan
sifat manusia dengan skala lebih sempit atau manusia dalam pemahaman Islam
Cirebon (Islam Syahdatan Cirbon) itu
sebagai tajali Tuhan di bumi ini, sehingga manusia juga membawa sifat-sifat
ketuhanan yang harus di implementasikan dalam kehidupannya di dunia ini demi
mencapai kesempurnaan hidup di akhirat nanti.
Pintu masuk dalam
membuka Hijab Tuhan (Sirr Robb) itu digambarkan dengan bentuk dan jumlah pintu
Bangunan tempat sirob tersebut. Pintu bangunannya memiliki 3 buah yaitu Depan
dan Samping Kanan Kiri. Untuk Pintu Depan biasanya dibuka dalam waktu-waktu
tertentu dan biasanya lebih kecil/pendek, sedangkan pintu Kanan dan Kiri bisa
dibuka setiap waktu. Tiga pintu ini disebut Leblebaning Pamidang (Penutup
tempat duduk) yang bermakna Ngitikap, Ngistikoma dan Tumakninah.
a. Ngitikap iku Melebuha ing Pangayome Gusti Alloh
b. Ngistikoma iku Jumenenga tinemenan ing Pangampuraning Gusti Alloh
c. Tumakninah iku Pangrahsaha Apangale Gusti Alloh
B.
MEMAYU