Secara singkat sejarah Bale Panjang adalah tempat pasujudan (Masjid) hal
ini dapat di ketahui dari sebuah seloka yang bertuliskan Huruf Rikasara yang
berbunyi:
Ing
Mangsa Tumurun Seh Asupi Sirulloh, Katah
Badal Manggoneng Tlatah Sarah Bahu, Ginahu
Sarahing Ngurip, Pasujudan
Tan Tepung Hing Shope, Sumurup Sengengeng, Ngasup Ngewodho Balepanjang, Mrih Pangriyome Waringin, Giri Panilas, Jembar
Kalangane Sirbudhirahsa
"Pada
masa padukuan dipimpin Syekh Asufi Sirulloh, Banyak Utusan yang bermukim di
Pesantren Duku Maja, Menuntut ilmu kehidupan (Agama Islam), Hingga Masjid
Sirbudhirahsa tidak muat menampung jamaah, Saat petang Syekh Asup membawah
(dibahu) Balepanjang, ditarau di bawah pohon beringin, Bukit Panilas, Masjid
Sirbudhirahsa diperluas hingga kepelatarannya"
Kumuda memayu buyut adalah prosesi Pemugaran Atap Bale Panjang yang merupakan sebuah symbol dari masa lalu akan keberadaan Tlatah Sarah Bahu Gamel. Bale panjang tidak lain adalah sebuah pituah dari sesepuh Gamel (Syaikh Sulaiman Bagdadi/Syaikh Semuningaran) untuk anak cucu dalam bentuk “Bandhasan” (Nasihat yang dibentuk dalam bangunan atau benda). Bale Panjang secara sederhana berarti Tempat Bersandar Hidup Mati manusia, Bale symbol tempat kematian (tidur) sedang Panjang (Piring) symbol tempat kehidupan (Makan). Sedang bentuk bangunan Bale panjang sendiri memiliki makna sebagai berikut:
a.
Kaki Bale Panjang (Saqodam)
berjumlah 6 (Enam) yang menyimbolkan akan hidup harus berlandaskan keimanan.
b.
Tihang Bale Panjang (Kumasama’)
berjumlah 5 (Lima) yang menyimbolkan akan hisup harus dibangun dan berdiri pada
Rukun Islam. Salah satu tihang merupakan Saka Dempet yang merupakan symbol berdirinya
hidupharus mengikat erat dua kalimat syahadat.
c.
Papan Bale Panjang (Kehidamajlis)
berjumlah 17 (Tujuh Belas) yang menyimbolkan hidup harus beralaskan/bersandar
setiap waktu pada Shalat 5 Waktu.
d.
Blandar Bale Panjang berjumlah
4 (Empat) yang merupakan symbol penguat hidup adalah 4 Mas-hab maupun 4 Unsur
Hidup (Hablu Minalloh, Hablu Minnas, Hablu Minassiri, Hablu Minal Ardhi).
Bale Panjang berada di bawah pohon Asem dan Pohon Beringin yang
merupakan symbol Al Quran ( Beringin = Waringin, Wari = Air Jerni mengartikan
Ilmu/Petunjuk, Ngin = Nafas/Keinginan/Hidup. Waringin = Petunjuk Hidup = Quran
Hadis). Pohon Asem symbol Kekafahan (Totalitas) dalam menjalankan makna yang
terkandung oleh Bale Panjang dalam kehidupan sehari-hari khususnya masyarakat
Tlatah Sarah Bahu Gamel.
Memayu Bale Panjang dilaksanakan setiap tahun dalam rangka menyambut
datangnya musim penghujan. Prosesi Memayu dilaksanakan setiap hari Sabtu yang
tahun ini jatuh pada 30 Oktober 2017, adapun rangkaian kegiatannya sebagai
berikut:
a.
Pementasan Tabu Renteng
Tabu Renteng merupakan kesenian khas Tlatah Sarah Bahu yang memiliki
sejarah panjang dan sebuah saksi sejarah akan hubungan Tlatah Sarah Bahu Gamel
dengan Kesulthanan Mataram Islam. Tabu Renteng dilaksankan mulai ba’da isya
hingga tengah malam pada hari Kamis malam Jumat.
b.
Kumuda Martya Marwa
Kumuda Martya Marwa adalah prosesi pokok memayu bale panjang yang
memiliki beberapa kegiatan inti seperti:
1.
Gosaton (Sanggo Sanur Kedaton) merupakan
kegiatan pemberian penghargaan terhadap putra-putri Tlatah Sarah Bahu Gamel berusia
≤ 10 Tahun yang dalam satu tahun telah mengatamkan Al Quran. Kegiatan ini
diawali setelah Shalat Ashar Gosaton berkumpul di Masjid Kuno Gamel
Sirbudhirahsa memakai pakaian Islami. Setelah seremonial di Masjid, Gosotan
diarak menuju Bale Panjang dengan iringan tabu Brai. Sesampainya Bale Panjang
Gosaton duduk dipanku orang tuanya di atas balepanjang, lalu dihidangkan “Saweran
Bubur Abang Putih” (Pemberian Hadiah). Untuk para hadirin duduk menghadap Bale
Panjang berlaskan tikar serta Sidqo Kemliketan (Dibagiku Nasi Ketan) kepada
seluruh yang hadir. Dibacakan kidung Matranan oleh sesepuh (Ulamah) Tlatah yang
berisi nasihat dan amanah agar terus mengaji (Membaca dan memahami isi) Al
Quran.
2.
Tabu Brai
pementasan pada Jumat Malam Sabtu selepas Magrib hingga Tengah malam
3. Kupatan,
pada pagi sekitar pukul 05.30 Masyarakat bersedekah Kupat dan sejenisnya ke
setiap Padukon Kebuyutan (Duku Maja, Waringin, Kudupati, Kebon Branti, dan
Ketipes)
4.
Matrat/Madepis Matran,
pada pukul 06.00 seluruh lelaki balig/dewasa berkumpul untuk ikut membantu
memayu, setelah sesaji dating maka salah satu Tetuah Telatah membacakan “Madepis
Matran” (penjelasan tentang balepanjang).
5.
Memayu Bale Panjang
dan pementasan Wayang Purwa sehari semalam suntuk.
c.
Mlaku Bareng (Tarkib Marwa)
adalah arak-arakan mengelilingi desa.
d.
Pengajian Umum