KALPARIKSA
LEBON PEPETENG
(GUGURNYA
KI BAGUS RANGIN)
Kalparikasa
Lebon Pepeteng kalimat yang diambil dari Sloka Kalpariksa dengan kalimat “Kalpariksa
Jatining Cerbon Lebon Pepeteng” yang berarti Sejarah (Pohon Kehidupan) Cirebon mesuk ke jaman
kegelapan. Diawali oleh dengan datangnya Bangsa Belanda (VoC) dengan
menyebarkan Candu/Madat namun kuatnya pengaruh Agama/Ulamah Hakim Kesulthanan upaya VoC gagal tidak
seperti di Daerah Jawa. Maka Belanda/VoC melakukan propaganda yang dikenal
dengan “Genosidasara”:
1.
Pemusnahan Arsip/Catatan Sejarah/Perpustakaan
Kesulthanan dan menulis ulang sejarah
Tahun 1660 – 1690 (Kitab Pustaka) dan 1705 –
1725 (Kitab Purwaka)
2.
Mengganti Aksara Asli Cirebon (Aksara
Rikasara)
3.
Membelah kesulthanan Cirebon menjadi
2 Keraton (Pusat Kekuasaan). Keraton Kanoman (Karta Wijaya) dan Keraton Kesepuhan
(Marta Wijaya) serta tetap kendali VOC lewat Wangsa Kerta (Nassiruddien).
4.
Menjalankan System Oversees
Dengan
tipu muslihatnya sejarah Cirebon diubah dan jati diri Cirebon dihilangkan, para
Sarjana dipaksa mengganti Babad dan Aksara, dengan dibentuknya Jaksa Pepitu.
Propaganda disegala bidang, Dewan Pertimbangan
kesulthanan yang dipegang para ulama di singkirkan. Penderitaan rakyat Cirebon kian menjadi saat
tanah-tanah kesulthanan dikendalikan oleh VoC dan mempensiunkan/menghilangkan
kekuasaan sulthan hanya sebagai pembantu VoC (System Oversees). Kelaparan dimana-mana hingga memicu pemberontkan
para laskar santri yang dipimpin oleh Ki Bagus Rangin. Bagus dalam tataran
bahasa Cirebon Berarti Anak seoarang
Ulama. Silsilah Bagus Rangin sendiri masih keturunan Pangeran Adipati Panengah
yang dari Trah Kanoman. Tepatnya Cucuh dari Pangeran Adipati Panengah yang menikah dengan anak ulamah Majalengka.
Ki
Bagus Rangin memimpin pergerakan dengan nama “Klebet Waring”, dukungan dari
para santri dan rakyat serta dukungan tersembunyi dari Keraton Kanoman membuat
pergerakan belanda sangat terganggu. Pengejaran dan perburuan Ki Bagus Rangin
sangat gencar. Segala cara dilakukan, hingga pada tahun 1812 dengan ancaman
akan membumi hanguskan keraton Nagari Grage Voc memaksa Ki Bagus Rangin menyerahkan diri. Berkat bantuan Pangeran Udaka Kasepuhan, Ki Bagus Rangin dapat tertangkap dan dijatuhi
hukuman mati. Ki Bagus Rangin di adili di sebuah alun-alun (desa karangsembung majalengka) di hadapan Rakyat, dieksekusi
dengan cara kepala Ki Bagus Rangin di Hantam Bongkahan Batu.
Adegan 0 :
a.
Seorang berwajah Kerbau Bule menyobek
Simbol Kesulthanan Cirebon menjadi 2 lalu mengepalnya. Dia tertawa, di susul
triakan entah dari mana asalnya erangan kesikitan.
Denting-denting
suara besi teratuk batu membuka menyadarkan akan waktu silam
Waktu yang
begitu kelam
(Suara menggema: Kalpariksa
Lebon Pepeteng)
Masa Genosida
Jati diri dan Aksara Cirebon
Denting terus bertalu, walau seakan menjauh....
Adegan 1:
a.
Seorang masuk memakai Topeng tanpa
wajah (Kertas Hitam polos) dan hanya bercela pendek
b.
Merangkak, menggelepar dan merintih
kelaparan
Adegan 2:
a.
Masuk seorang berwajah Kebo Bule
b.
Menyalakan dupa lalu menebar-nebarkan
kesetiap sudut asapnya (Madat/Candu), namun seberapa lama dia mencampakan dupa
itu ke tanah dan menginjaknya dengan marah.
c.
Dia mondar-madir bingung mencari ide
dan merasa bingung.
d.
Dia melihat kursi yang ada tumpukan
bukunya, mendekati dan memandang buku itu.
e.
Mengambil satu buku bertuliskan Rikasara
(Aksara Cirebon) memandang sejenak dan tersenyum picik lalu
menyobeknya.
f.
Mengambil satu lagi buku bertulis Sejarah
Kesulthanan memandang sejenak dan sambil tertawa bangga
menyobek-nyobeknya
g.
Suara dentingan kian bertalu dan kian
hilang.....
Adegan3:
a.
Masuk (duduk di kursi) seorang yang tidak memiliki wajah, berdiri menunduk
begitu malu. Lirih penuh kesedihan berkata “Mana wajahku”
b.
Denting tiba-tiba kian bertalu
kencang
c.
Masuk seorang pemuda berselempang
sarung dan ikat lusuh. Dengan terengal-engal memungut sobekan-sobekan buku,
dihimpun dalam kain. Hingga ia bersimpuh
menahan marah, dia membentangkan sobekan kertas itu menjadi panji Klebet
Waring sambari berteriak kencang “aaaahhhhhh” (meluapkan kemarahan dan
berontak dari ketidak berdayaan).
d.
Pemuda itu bangkit dan mengikatkan
Waring di sebatang bamboo kuning, dan mengikatkan ikat serta sarung. Lalu berdiri
memegang panji dan pedang “Kita..
kita... kita yang harus mengeluarkan Pohon ini dari kegelapan”
Adegan 4:
a.
Denting itu kian kencang bersautan
dengan takbir dan suara besi beradu.
b.
Bagus Rangin masuk kian tertunduk
hingga terduduk. Suara denting itu kian sayup-sayup dan hening.
c.
Muncul di belakang Bagus rangin
Berwaja Kerbau, mengikat leher Bagus rangin menyeretnya hingga terlentang.
d.
Wajah Kerbau mengambil batu dan
menghantamkannya ke kepala Bagus Rangin. Terdengar sayup gema “La
ilaha illalloh” (seperti azan yang sedih)
e.
Sosok Putih berjonkok di sampingnya (ruh kibagus rangin) lalu membacakan
Puisi “Kematianku”
Inilah
Kematianku
Pecah
Batok
Kepalaku
Otakku
Lantak Berhamburan
Muncrat
ke tanah kering
.......
Pada
Kalian...
Pungut
Ceceran Opolo-ku
Tegakan
Pohon Jati itu
Tulis
Rikasara-mu
.........
Inilah
Kematian-ku
Bukan
akhir Perjuangan-mu
Kibarkan
“Klebet Waring-mu”
Dipentaskan
Oleh Sanggar Seni Witana 67 SMK Negeri 1 Gunungjati
Lomba Festival Literasi Sekolah MGMP Seni Budaya Se Kabupaten Cirebon
di SMK Negeri 1 Kedawung