Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Alloh SWT sehingga penyusunan sejarah singkat Tlatah Sarah Bahu & Masjid Kuno Sirbudhirahsa Nuurul Karomah Desa Gamel Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Solawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita ke kehidupan yang beradab. Kita ketahui bahwa berbicara tentang Tlatah Sarah bahu & Masjid Kuno Gamel tidak lepas dari tokoh sentral yaitu Syekh Sulaiman Bagdadi atau Syeh Semuningaran yang dikenal oleh masyarakat dengan sebutan Syekh/Sanghyang Semar, yang bergelar Syekh Indu Aji 1 (Dalam Penulisan Carakan Seh Hindu Haji) yang memiliki arti Ulama yang mengajarkan/menjadi guru para Raja/Sulthan (Aji). Syekh Hindu Haji 1 mendirikan/membangun Masjid dengan Sengkalan Sir (0) Budhi (1) Rahsa (5); 510 H (dalam kaidah Aksara Rikasara untuk penulisan angka dibaca dari belakang 015 dibaca 510) atau 1132 M (Dalam keyakinan sebagian masyarakat Masjid Kuno Sirbudhirahsa dibangun pada tahun 1111 Masehi).
Setelah Syekh Hindu Haji 1 wafat diteruskan oleh putranya yang bernama Syekh Zainal Dulkatsir (Syaikh Zainal Abdul Katsir/Syaikh Nurjati 3) yang dikenal dengan nama Syekh Idofi Karomalloh disebut pula Syekh Hindu Haji 3, dan hutan awanguwung kian rame oleh para pendatang untuk menimbah ilmu islam sehingga dikenal sebagai Alas Tlatah Sarah Bahu dalam bahasa sekarang dapat disamakan dengan pesantren. Telatah Sarah Bahu kemudian dipimpin oleh Syaikh Zainal Ridahudi yang dikenal dengan sebutan Syekh Dat Kahfi atau Syekh Hindu Haji 4 yang mulai mengajarkan kepada para "Pangeran".
Pada masa Syekh Assyufi Sirnurulloh (Syekh Hindu Haji 5) Tlatah Sarah Bahu makin berkembang dan kian banyak yang ikut menimbah ilmu agama dan Pasujudan sudah tidak muat lagi menampung jamaah sholat, maka Masjid Sirbudhirahsa dipugar untuk pertama kalihnya. Memperluas bagian Masjid sehingga bisa lebih banyak menampung Jemaah waktu sholat. Diperkiraan pemugaran ini terjadi pada Awal Abad ke 13.
Tlatah Sarah Bahu kian berkembang sehingga terbentuklah Padukuan Maja pada masa Syekh Muji Dipati Jalalulloh atau Syekh Hindu Haji 6. Padukuan Maja dipimpin beberapa generasi:
- Syekh Mujawati Qudratulloh (Syekh Hindu Haji 7), Tlatah Sarah Bahu Padukuan Maja kian berkembang hingga mencakup daerah Kadipaten.
- Nyimas Halif Lambang Siti Napisah yang menikah dengan Pangeran Lelana Sabahwana. Pangeran Lelana Sabahwana meneruskan mertuanya memegang Tlatah Sarah Bahu (Pesantren) Padukuan Maja, saat itulah Tlatah Sarah bahu tidak hanya mengajarkan ilmu agama tapi juga tata negara dan kanuragan para senopati dari berbagai kerajaan dan kesultanan.
- Pangeran Rengas Delik atau Pangeran Sada Lanang/Nawa Diningrat. Dengan kepandaiannya maka Pangeran Rengas Delik diminta membantu melatih para prajurit dan panglima Kerajaan Mataram Islam yang saat itu masih lemah karena baru berdiri. Dan diberi hadiah seperangkat Tabu Renteng kesayangan Putrinya Raja Mataram.
- Pangeran Surah Dinata atau Pangeran Anom Tali Brata. Masa Pangeran Surah Dinata Masjid Sirbudhirahsa mendapat bantuan dari Sulthan Kanoman yaitu pembuatan Balai desa serta pemberian atap masjid sirbudhirahsa pada tahun 1625. Sulthan turun langsung dalam pembuatan Atap Masjid Sirbudhirahsa
Para Pamangkuh Tlatah Sarah Bahu
- Syekh Sulaiman Bagdadi atau Syekh Semuningaran Atau Syekh/Sanghyang Semar. Dalam 4 kitab, dalam 2 Kitab mengatakan putra dari Syekh Zainal Kabir & 2 Kitab lainnya Syekh Suleman Bagdadi bernama Asli Syaik Zainal Kabir. Karena Su-Leman adalah julukan yang berarti Su (Indah/Halus), Leman (Orang yang penuh tata krama). Berputra:
- Syekh Zainal Jaluli bergelar Syekh Nur Jati I. Berputra:
- Syekh Zainal Abdul Katsir (Syekh Zainal Dulkatsir) atau Syekh Idofi Karomalloh bergelar Syekh Nurjati II bergelar juga Syekh Hindu Haji I. Berputra:
- Syekh Zainal Ridahudi atau Syekh Dat Kahfi bergelar Syekh Nur Jati III bergelar juga Syekh Hindu Haji II. Berputra:
- Nyimas Jagung menikah dengan Syekh Assyufi Sirnurulloh bergelar Syek Nurjati IV bergelar juga Syekh Hindu Haji III. Berputra:
- Syekh Muji Dipati Jalalulloh bergelar Syekh Nurjati V bergelar juga Syekh Hindu Haji IV. Berputra:
- Syekh Mujawati Qudratulloh bergelar Syekh Nurjati VI bergelar juga Syekh Hindu Haji V. Berputra:
- Syekh Nurmujirati bergelar Syekh Nurjati VII bergelar juga Syekh Hindu Haji VI. Berputra 5: a. Syekh Delik Semuningaran, b. Nyimas Kawang, c. Nyimas Sokatir, d. Nyimas Baris, e. Syekh Waru Ulamah.
- Syekh Delik Semuningaran bergelar Syekh Nurjati VIII bergelar juga Syekh Hindu Haji VII. Berputra 5: a. Nyimas Halif Lambang Siti Nafisah atau Nyimas Sekar Wana, b. Syekh Genda Wana, c. Syekh Kawatu, d. Syekh Hursiman, e. Nyimas Layus.
- Nyimas Halif Lambang Siti Nafisah menikah dengan Pangeran Lelana/Pangeran Adi Branta Berputra:
- Pangeran Nawa Dinata atau Pangeran Kerta Kesuma Berputra:
- Pangeran Anom Talibrata berputra:
- Pangeran Rengas Delik, berputra
- Pangeran Sura Dinata berputra:
- Siti Fatimah, kagarwa Pangeran Panengah Kaprabon Berputra 3: Pangeran Abdu Sayyid, Pangeran Abdur Kawas, Nyimas Sarifah
- Pamgeran Abdu Sayyid, berputra Pangeran Sayyid Alim dan Pangeran Sayyid Iman
- Pangeran Sayyid Alim, berputra:
- Pangeran Mangkuh Raga. Berputra:
- Pangeran Adi Panatawijaya, berputra Pangeran Raswi Nurbadan dan Pangeran Adi Yutatama (Ki Diyut ke Garut)
- Pangeran Raswi Nurbadan. Berputra:
- Pangeran Janmo Ikhsan. Berputra: Pangeran RA Akhmad Kawangsi (Ki Ahmad), Nyai RA Tasyari Ratu Indrya (Nyi Tiri), Nyai Kasturi Ninglubuwana (Nyi Kanil), Yai RA Manggala Buwana (Ki Manan), Yai RA Takbaru kriyasono (Ki Takiyo), Nyai RA Dimitri Linggabumi (Nyi Dimi), Nyai Ratu Indriya Ningsih (Nyi Rini), Yai RA Sadur Bumi (Ki Sadmi), Yai RA Sastra Kamulyan (Ki Sarkam)
- Pangeran Rogo Suci Akhmad Kawangsih. Berputra:
- Nyimas Mayang Ayu Damasarha Indrya Ratu Inayatulloh. Berputra:
- Raden Dulur Anom Rahadyan Ikhsanurud Daudi Akbar Guratpanuratrahsa Ahmad Elwangsih Mujidiningrat bergelar Pangeran Anom Panuratrahsa.
(Patih Kesulthanan Kanoman Cirebon)
- Assyaikh Sulaiman Bagdad
Syaikh Sulaiman Bagdadi dikenal dengan Syaikh Semuningaran yang oleh masyarakat di panggil sebagai Syaikh/Sanghyang Semar yang bergelar Syaikh Nurjati 1. Dalam Naska kuno disebuah kulit bertuliskan Rikasara & Pagon yang dulu dipegang oleh Almarhum Kuncen Duku Majo menerangkan Kedatangan Ulamah ke Gunung Semar dan pembangunan Masjid/tempat pasujudan di Telatah Sarah Bahu atau Wit Waringin Rungkad.
Bismillahi amimit awedar kawitaning slokaning mangsa
Malih Duta Wali Hagung
Seh Resi Tlatahing Ambiyah
Katah cantrik sabah liya
Ageng Karomahe
Hangrindon Lintang Kerti
Nyabah seten hasepi
Titahing Hyang Widi
Ngalebet Ngriyom Sadat Tan kawitan
Dwara Brahmanastha Suci
Lanjaran Pangurip Sepapa
Jalaniddih Kalampahan Dumugi ngaCala
Ngalas Hawanguwung
Manggonrip Telenging Wana
Ngasepihing tan tebih Pangdugi
Manunggaling Cipta Mring Hyang
Jasad Mannur Candra Manimpunan
Sumubar Jalma Angasuh Wari
Sarah Bahu Agemaning Hurip
Kawontar Sanghyang Semar
“Dengan Menyebut Isim Alloh, Mengawali untuk membuka asal mulanya sejarah Seorang Ulamah Besar yang menjadi utusan, Syekh Suci yang berasal dari tanah para nabi, yang banyak memiliki murid dari negeri lain untuk menuntut ilmu agama. Yang terkenal begitu besar karomah dan keutamaannya. Menerima perintah/petunjuk dari Alloh untuk hijrah ke tanah sepih (Pulau Jawa), perintah langsung dari Tuhan Yang Maha, Memasuki Mengayomi sahadat tanpa awalan (baca: yang langsung memenuhi keinginan hati tanpa lagi yang membuat ragu). Ini merupakan awal dari kedatangan para ulama besar ke tanah Jawa (Dwara Brahmanastha Suci = Pintu depan/awal masuknya 8 Ulamah Suci/yang mengarungi lautan ke tanah jawa = Sengkalan 489 H/ 1100 M). Syekh Sulaiman berangkat ke tanah jawa mengendarai Setangkai Dahan Segar. Mengarungi samudra luas hingga sampai di kaki gunung (Gunung Jati yang sekarang dikenal patilasan gunung semar), hutan belantara yang masih begitu lebat bagai tak berhuni. Membuat tempat tinggal di tengah hutan (Alas Sarah Bahu), sedang tempat menyepinya (Kholwat) tidak jauh dari tempat Syekh pertama kalih berlabuh, menyatukan Rahsa dan Cipta kepada Alloh Swt sehingga jasadnya memancarkan cahaya yang berkilauan hingga terlihat dari kejauhan dan membuat banyak orang berbondong-bondong datang untuk menimbah ilmu. Ilmu ketauhidan dan Sare’at Islam untuk pegangan hidup. Sejak itulah Syekh Sulaiman Bagdadi terkenal sebagai Syekh Semuningaran dalam lafad penduduk menjadi Sanghyang Semar.
Prun Panerat Sasandhiwarsa
Dahana Melar Sakacala
Mangsa Mungkur Matra Weptu
Sanghyang Semar Sugi Gawe
Gawe Pasujudan
Naga Janmatra Wedal Sagara Mawah Tetenget
Wahudadi Dadya Giri Panilas
Wit Purba Seserahing Hyang Batara
Wangun Pasujud Amben Ambah
Huci-Huci Rereyongan
Wewehan Kusara Paliring Sagara
Kawanci Jumenge Jening Kalamatya
Sir Budhi Rahsa
"Dimulai menulis rahasia masa, Api yang tidak diketahui asalnya kian mebesar dari kaki gunung (di belakang gunung jati yang disebut patilasan gunung semar), akan masa lalu yang telah berlalu, Sanghyang Semar (Syekh Suleman Bagdadi/Syekh Semuningaran/Syekh Hindu Haji 1) sedang memiliki hajat, membuat tempat sholat, Naga Janmatra keluar dari dasar laut membawa Lumpur Pasir hitam (tetenget), Telaga/Laut (diurug dengan pasir hitam) menjadi Bukit Panilas, Pohon Jati Besar bantuan dari Hyang Batara, Dibuat tempat sholat berbentuk Balepanjang, Hucihuci (setan kecil) saling membantu dengan memberikan Rumput ilalang rawah (tepian laut), Tertulis sengkala "Sir Budhi Rahsa" (Tahun 510 Hijriyah)
Angawit sun bismillahi
Kekidung asmarandana
Teguh hayu satemene
Anulis laku ning mangsa
Geguritan pujangga
Kang angguguh pangaweruh
Tembung slokaning wongtuwa
(Aku memulai dengan membaca Bismillahi
Menyanyikan Pupuh Asmarandana
Dengan kemantapan dan ketenangan
Menulis perjalanan waktu
Menyusun cerita seperti sastrawan
Yang menggalih pengetahuan
Ucapan nasihat dari orang tua)
Teka gumingsa gumingsir
Ngilari padanging mannah
Ayun ngampura sagunge
Ingsun wani rikasara
Cinarita kawitan
Mangsane kang wus kapungkur
Seh saka tlata ambiyah
(Muncul rasa yang menggebuh-gebuh
Mencari pencerahan hati
Meminta ampunan atas segala kekhilafan dan kelancangan
Karena berani bercerita asal mula desa gamel
Zaman yang telah berlalu
Tentang Syekh dari tanah para nabi)
Siti poro rosul nabi
Pancering panatagama
Sabda ratu kang diyagem
Manut mring nabi pungkasan
Yahiku Seh Suleman
Bagdadi ingkang pinunjul
Jejuluk Semuningaran
(Tanah para Rasul Nabi
Pusatnya Penyebar Agama
Kalamulloh yang dipegang
Mentauladani kepada Nabi Akhir Zaman
Yaitu sejarah Syekh Sulaiman
Dari Negeri Bagdad yang unggul
Yang bergelar Syekh Semuningaran)
Kang lelaku dharma tama
Netepi pesten Hyang Widi
Hijarah ngamba sagara
Semuningaran bagdadi
Panditeng Ram nagari
Manuting Gusti pinuju
Salokaning witana
Nuranggananing Pangurip
Ngambang kampul ngambyak pancering segara
(Yang menjalankan perbuatan utama
Menuruti takdir Tuhan Yang Maha Kuasa
Hijrah melewati lautan luas
Syekh Semuningaran Bagdadi
Guru besarnya sulthan Negeri Rum
Mengikuti kehendak Tuhan yang dituju
Menyebrangi laut dngan menggunakan pelepah korma
Terombang ambing di tengah laut)
Tutug wengi tutug dina
Dugi hing tataran jati
Wana hamba tanna nungsa
Halas awanguwung iki
Tepung paningal sepih
Merkayangan umbulumbul
Sato lan kewan galak
Geger manjrit mrangsak kaki
Dugine manungsa Nur Komala Jagat
(Siang malam berlayar menyebrangi lautan
Hingga sampai pada dataran
Hutan lebat tak ada manusia
Inilah Hutan belantara Awang Uwung
Sejauh mata memandang yang ada hanya sepi
Hanya tampak para Siluman
Binatang dan Hewan liar
Semua menjerit menyerbu Syekh
Kedatangannya manusia Cahaya Alam)
Seh Semuningaran bagdad
Jumenenging manggon urip
Hing tengahing wana rungkad
Paliring sagara jawi
Batara ngapanggihi
Dugi Seh wus gawe hibur
Mung pestene Kang Mola
Batara mring Seh Semar Sih
Ngrestoni Seh Semar ngawit Nilas Mangsa
(Syekh Semuningaran Bagdad
Hidup dan menetap
Di tengah hutan belantara
Tepian laut jawa
Batara/Raja Siluman datang menemui
Karena kedatangan Syekh telah membuat kacau
Hanya saja sudah menjadi kehendak Yang Kuasa
Batara merasa asih kepada Syekh Semar
Memberikan restu kepada Syekh Semar untuk memulai membuat sejarah)
Wayah wulan patbelas
Seh medal saka palinggih
Katingal cahya pepadang
Jagat krasa adem Wening
Sato kewan lan wiwit
Samya cinarita ulun
Benjang panatagama
Wangun dadya natagari
Ngislam ageme teng riki kabeh nungsa
(Saat rembulan purnama
Syekh keluar dari tempatnya berkholwat
Terluhat olehnya cahaya yang terang benderang
Alam terasa begitu tenang dan cerah
Binatang Hewan dan pepohonan
Semua bercerita kepada Syekh
Kelak seorang ahli agama islam
Membangun dan menjadi seorang Raja
Mengislamkan semua manusia di tanah kekuasaannya)
Nur ilahi tumurunan
Nitising putra pratiwi
Wangsahe saka pajajar
Kalungguhan Rehing Nabi
Wujar Seh Semar kaki
Haris takenteni hingsun
Hing wayahe yen teka
Wus ketampi waskita Ji
Seh tumurun bumi ngalampah bawana
( Nur ilahi turun
Menitis kepada putra pertiwi/pribumi
Keturunan dari kerajaan pajajaran
Memiliki garis keturunan Nabi Muhammad
Berucap Syekh Semar
Dengan lemahblembut berkata: saya tunggu waktunya tiba
Telah diterima gamvaran yang sejati
Syekh turun ke bumi jalan memutari alam)
Manggon ing tengahing wana
Golang ngurip manungsa tami
Wangun satunggal panggena
Hingatase wawu dadi
Dasar Seh wong panuji
Langgar lawang kroya iku
Ngaran Sir budhi rahsa
Candra kalaning Nurjati
Tetengere tinukul waringin rungkad
(Tinggal di tengah hutan
Membangun dan hidup menetap sebagai manusia utami
Membangun satu rumah
Di atas danau yang sangat jerni
Dasar Syekh orang terpuji
Masjid pintu kembar
Bernama Sirbudhirahsa
Nama tersebut menjadi Sengakalane Syekh Nurjati
Ditandai dengan menanam Pohon Beringin Rungkad)
Iki tembange pujangga
Duku Sarabau tami
Kawitan cumbuh manungsa
Jejuluk Seh Hindu Haji
Ageming Ngelmillahi
Sahdat tan kawitan hiku
Bismillah tan pungkasan
Anitis luhuring budhi
Seh Semar sabda Hongji sirbudhirahsa
(Ini syairnya sastrawan
Padukuan Sarabau sejati
Awal mula adanya manusia di tanah kasucen
Bergelar Syekh Hindu Haji
Pegangannya Elmu Alloh
Syahadat tanpa awalan
Bismillah tanpa akhiran
Menyatu dalam kebaikan budhi
Syekh Semar Menulis kitab Hong Dji di tahun Sirbudhirahsa)
- Assyaikh Zainal Abdul Katsir
Assyaikh Zainal Abdul Katsir atau Syaikh Dul Katsir atau Syaik Idofi Karomalloh bergelar Syaikh Nurjati 3 atau Syaikh Hindu Haji 2. Pada masa Syaikh Idofi tlatah Sarah Bahu mencetak beberapa Ulamah yang menyebarkan islam di tanah jawa.
Padang Trawangan,
mangkuh pangkone ramah,
Syekh Dulkatsir atitah badal,
Hyang Sakti Dratula,
Bayabyastha kidul Gungacala,
Ratu Hayu Jaladri.
Batara Baladhi ngalana,
poging siten ngambyak kiyat,
Batara Pamayu Hagung kadaten pandugi.
- Asyaikh Zainal Ridahudi
Setelah wafatnya ayahnya Syaikh Zainal Abdul Katsir tlatah Sarah Bahu dipegang oleh Syaikh Zainal Ridahudi atau Syaikh Dat Kahfi atau Syaikh Nurjati 4 atau Syaikh Hindu Haji 3. Pada masa Syaikh Ridahudi ini diturunkannya Ngelmu Pogpoganing Jagat kepada Sunan Gunung Jati sebagai penobatan Sulthan Cirebon menggantikan Uwa sekaligus mertuanya. Terdapat dalam cinarita:
ﺒﺴﻢﺁﷲﺁﻠﺮﺤﻤﻥﺁﻠﺮﺤﻴﻢ
Yontar Ki Ageng Gamel puniki
Pupuka maramanadandang
Pengangguran teka yenne
Nulis turon tinundung
Wong peksa gumingsa ya puniki
Teka ganggu gaweya
Ginawe wineruh
Marang anak putu ika
Anu lumayan kayoman dening iki
Sapantaring bujangga
Ingkang pintering pitutur elmi
Kang tinutas putus sikasa
Yohiku sala tunggale
Unggale kang bisa anganggit
Mangkat aguguritan
Pon kuwayang iku
Yenna ingkang lagi ewa
Ewu tinemen pisan sengat asengit
Maring wong bodoh dugal
Bader budigal jugul budigil
Wis kawontar wentir culirang
Arang langkah yen geleme
Lamuna cule mulus
Ketilas kelid kelud iki
Sepi supa supaya
Kang ormanci iku
Ya maring bujangga anyar
Supayana ingsun wus sisan wis kengis
Kongas lamon aleman
Kaserung serong serung powani
Pintera tindak tanduk nyata
Sasar susure kasoreng
Beda budi puniku
Kang tama ora rugu rigi
Pantes patiti tuntas
Ingsun kang aniru
Katerangan tari harkat
Dadi ing suwaya waya pola ati
Wayahe wong sedengan
Sedengane suwung lagi branti
Raosane mring dewekira
Temahe angame ngame
Among panedahesun
Mangga katur maring Hyang Widi
Angsala pangampura
Dorakane katur
Wani wani dedongengan
Dateng rasiya ingkang tinemen jati
Rinenggarah kang nggurat
Ki Gede Gamel ananeng jati
Kaya kidung lelayungan
Ing wengi iku nyatane
Tan warana ateguh
Hayu cinarita babaring
Wedar babadan beja
Sasmitaneng gugu
Siti nggil Gamel anata
Jumenenganing wana sarabahu iki
Paranti kang waskita
Among ingkang senyata puniki
Leres temenengan carita
Jati babad kang tinemen
Kidung kridaninganut
Ngampura kaheksi lanca linci
Wewaniyan budigal
Budigul lelamun
Laku utama surjana
Geguritan babad ingkang rasiya Ning
Sanget atenemenan
Ingkang cinipta kawontar watir
Watiring damel iyege rat
Iya tataran kalane
Wit kang sampun ateguh
Yoga kang densipatan aji
Mendem soreng bumirat
Maring Hyang Hestu
Karep rumaksa kinajat
Ampura sedaya luput kula iki
Den sumbadi Allah
Ridoneng rindonan mring ilahi
Puniku kalimah sasmita
Poma poma pangawruhe
Iki salsila ingsun
Den bisa den nganggo laku tami
Ngelmu pogpogeng jagat
Tumindak lelaku
Dunya teka ing akerat
Senajan bapak biyang aja saniki
Aja den wehi wruhan
Ing silsila siti gamel iki
Poma poma dohir aja
Haram lamon ningalane
Liyan sasmita niku
Wedar candrakalaning
Towi Tunggal Manggala*
Kelawan kalam Qun
Sih gusti duku kacipta
Ing salebete wana sarabahu niti
Wetan kilene pinaran
*(Maring siji Gusti Kang Nyata=814H)
Sengengeng memadang kidul iki
Giri kaler segara ambah
Hak iku towang jembare
Tunggal uwit tinukul
Gambir manungsa kang utami
Se Hindu Haji ika
Kang prayoga iku
Ing paparan jati ngaran
Ki Gede Gamel iku Se Datul Kahpi
Se Nurjati sanyata
Manungsa becik bagdad nagari
Siti Cirebon kang anglampahan
Gamel pasanggrahane
Ing genahe puniku
Manggoneng wilasita jati
Ing pinggire prawata
Segara kalering
Ingkang gadu kalih duta
Cantriking peputra pajajaran tami
Ki Ageng Gamel kersah
Damel ngadadosan langgar alit
Ingkang jeneng lawang keroya
Ing panalinga tlagahe
Waudadi kang muwus
Ngipyar ngipyaring tlaga wening
Sucihing tirtamarta
Netep urip laku
Utama sirna rahsa kadunyan
Nglakoneng ingkang sejatine sakdatin
Nyepuhingurip nata
Sirno badan cahyo jumenenging
Kang gunemaning wewayangan
Se Hindu Haji wateke
Ing sakadat anggugu
Kasebat manungsa linuwi
Wruh sadurung winara
Saderenge iku
Dadi kadadosan nyata
Hing parantining mangsa gama ngutami
Sih saking gusti Allah
Kang dadi ngelmi pitedah ngurip
Manungsa laku ngalam dunya
Bakal kawontaring jembare
Bumi jawi kang mayu
Mring piro piro poro wali
Kigeng Gamel ngandika
Yen anuti ingsun
Rahsa salira kawula
Nora cukul Gama islam kangutami
Sinaged jumenengan
Cinukul ing bumi siti jawi
Ingsun kedah angreka daya
Numurunan pangelmune
Marang kang dadi dunung
Ing gumununge poro wali
Sun bade reka daya
Ngayipati iku
Mangrupa rupeng panguron
Ngadadosan wana sanalika hiki
Duku gamel katingal
Dados alas rungked kangatitis
Wit wringin rungked sasmita
Ya candrakalaneng rungked
Siring Budi Indriyu*
Kasebating Sarahbahuni**
Tan gancang pangandika
Tan samara tan semu
Ingkang nyata tan warana
Sejorohing rasiya gamel anuti
Ingkang wus gadu kodrat
*(Goibing Budi Panca Indra=510H)
**(Sarah=Nuntunan/sarengat, Bahuni=bau=luas = Banyak => tuntunan yang luas. Bau=pangambu=napas=urip => Tununan/Pitedah Urip)
Katur kang dadi keduwe mami
Ika rahmat gusti Pangeran
Jagat pangarindonaneng
Kang wehing pangaweruh
Dedalan kedadosan jati
Bok menawi wus mangsa
Tumeka ing weptu
Pangajeng kang den kinajat
Kapanggih mring saking pangestuneng gusti
Owloh kang amisesa
Nalika alas rob dadi
kelem toya samarandana
wateringtyas kigeng Gamel
duh saking sihing Pangeran
ana dalan wong kocap
saking tuduh lan pitulung
gusti Owloh kang amurba
Yenna panggonan sun iki
Bakal kedadosan telaga
Kilaran mring bendungane
Hing tatangkil panalinga
Jatineng wilasita
Dadi dedalane laku
Ya wis ingsun tan sulaya
Temen bade ingsun niki
Laku sebah kang sanyata
Wawar bendungan penganten
Lawan estuneng pangeran
Sekedipaneng pripat
Ki Ageng Gamel pon lebuh
Palireng iku bendungan
Neng kono den kinunceni
Gelung sakti sareng garwa
Nyi Gandasari arane
Kang kahutusan wong tuwa
Pangeran Cakra Buwana
Aningali tiyang sepuh
Reka babaheng bendungan
Karone geginancanging
Dawu kocap sasrampangan
Tur laksana prangtandinge
Adu ngelmu kanuragan
Among sampun dasar
Nyimas Gandahan Magelung
Lir ujel tanding lan ulam
Wis watek babaring wesi
Kasoran nora kiyat
Apes Magelung karone
Tan bisa munjuli gegana
Temen kasorananya
Mring Kigeng Gamel puniku
Se Magelung Nyimas Gandahan
Kasoran nujuh pepati
Den cemplunganeng segara
Kuwu Cerbon nalikane
Ningal putrane perlaya
Kersa sumbadan badan
Kersa karep ing tetulung
Anak acine katresnan
Tega lara nora pati
Idep idep katingalan
Mbah kuwu nampi karone
Sore ing segara ambah
Ika wus dadi kodrat
Hyang Suksma wisesa iku
Dadosa wiji carita
Dandanggula cinarita swiji
Wawar wuwur awosing tingal
Sumbari sumbarinane
Turon tanding puniku
Cega dahar laku tami
Gancange pangandika
Kang tan woran laku
Perang tanding gegamana
Leled deder Mbah Kuwu adu pangelmi
Kigeng Gamel prang yudha
Nemen deder kang mokal ilanging
Tanding hing wruh pogpogeng jagad
Pangandika hing teguhe
Dawa dintenaneng wus
Deder wader prangtanding patih
Ngadu kalangan gigamana
Winedar pangelmu
Sami sakti padho jayo
Medala ngelmu kaluhunganeng mami
Pungkasan gigamana
Sangkan prang tandingadu ngelmi
Mbah Kuwu Caruban wus teka
Tumeka ing tur mangsane
Wus wayah aneng nuju
Pangapesan Mbah Kuwu pati
Boten saged ngasoran
Kasaktenan ngelmu
Denagem Ki Gamel yoga
Tatraneng wus sanes makome kaki
Kuwu Cerbon keteteran
Lemebuhaneng gegana pati
Patining kang sampun kasoran
Ningal nguwak pinujune
Kasoran ing pangelmu
Hing selebete adu ngelmi
Marang Ki Ageng yuga
Kersa Sunan Gunung
Jati ngunjuk tetulungan
Hiku wus pesten Gusti kang Moho Suci
Suci ing wujud ika
Panggawenaneng apangal suci
Ya pon kudu neng laku yuda
Nuduh kwasa Pangerane
Dudu kelawan satru
Saka kajatana ingkang becik
Weptune lelakonan
Pon tunggal kinidung
Tinunggaleng marang babad
Cinaritaneng unggal paparan jati
Tumekaneng gegana
Perang tanding pangadu pangelmi
Karone podho samya jaya
Podho sakti deder wader
Sami teguh pinunjul
Tan kasoran dasar pinuji
Toyagamana perang
Saluhureng banyu
Swe santer kelud keludan
Girigamana prang saduwureng giri
Wedalaji pungkasan
Ngempaknang ngelmu kang luhung jati
Tan eling surap surup waya
Sumbari sumbarinane
Dasare Se wong ulu
Resep ngati Se Hindu Haji
Ya ingsun iku kersa
Nyukani pangelmu
Tan becik perang leledan
Kedah nelasi prangadu ngelmi iki
Boten sah lami lamat
Mring Sunan Gunungjati nenampi
Ki Ageng Gamel angandika
Sabda dawuhe saka Se
Miyarsi uluk Se Hindu
Putra bagus mesir nagari
Ngalampah bumi jawa
Pancering pangelmu
Carbon nagari anata
Ingsun tan saged kasoran maring mami
Uga marang salira
Mung sun uga tan saged ngungguli
Perang tanding pangelmi bana
Ywa sun saged kasorane
Ing salebete prangadu
Pangelmi kesaktenan iki
Kedah dalem pinutra
Cerbon kang jejuluk
Asma Sunan Jati Purba
Ngagem ngelmu ingkang sun agem pangelmi
Pogpoganeng jagat
Pangandikahe Se Hindu Haji
Ngelmu kang bade den masraha
Ngge nurunan ngelmune
Mring Se Sunan Gunung
Se Purba nampi binga ngati
Restuning tinampihan
Sejatineng ngelmu
Sejati ingkang sampurna
Kang den turun tan lawan wulang ngelmi
Sanes budigal krida
Lawan sir kang tineratan aji
Wiwara gohib ingkang nyata
Sloka wong tuwa kang leres
Asajatining ngelmu
Sejati tan kerana tulis
Wulang siring grahita
Dasar Sunan Gunung
Kang awos waskita pangaweruhjati
Elmi luhung utama
Sopo ika yen Se Hindu Haji
Hiku Se Nurjati kang nyata
Minangka guru pyambeke
Wongatuwane iku
Pangeran Cakra Buwana iki
Pituna Jati Purba
Rumangsa keduhung
Napa kula boten kemutan
Yeniki guru kula kang sejati
Kapituna kawula
Kula densebat manungsa becik
Wong Luhung ingkang utama
Sanget tebih pepantese
Mangkya tan linuput
Sunan sinembah pangabakti
Anyuwun pangampura
Dasare wong luhung
Gamel manungsa utama
Weruhing laku sulsila ingkang kapti
Sederenge katingal
Lakunaneng Sunan Purba Jati
Marang sedaya ingkang ningal
Kersahe ki Ageng Gamel
Rahsa pyambek den gulung
Ndadung kalih kalimah sakdatin
Kigeng Gamel nalika
Ngilang sirnaneng tan krana
Moksa saking paningalan Sunan Jati
Pintene wali liyan
- Asyaikh Assyufi Sirnurulloh
Syaikh Zainal Ridahudi memiliki seorang anak bernama Nyimas Jagung (Lahir dari orang suci/besar). Nyimas Jagung menikah dengan Syaikh Assyufi Sirnurulloh yang merupakan masih satu garis keturunan Syaik Sulaiman Bagdadi. Syaikh Assyufi menggantikan mertuanya dengan gelar Syaikh Nurjati 5 atau Syaikh Hindu Haji 4. Masjid Sirbudhirahsa Gamel pertama kali dipugar dengan tujuan untuk memperluas bangunan masjid karena kian banyaknya santri, diyakini pada tahun 1300an atau abad 14 awal yaitu saat telatah Sarah Bahu (Pesantren) Padukuan Maja, Syekh Asufi Sirulloh atau Generasi ke 5. Ada sebuah catatan dalam aksara Rikasara Murni di sebuah kulit:
Ing Mangsa Tumurun Seh Asupi Sirulloh
Katah Badal Manggoneng Tlatah Sarah Bahu
Ginahu Sarahing Ngurip
Pasujudan Tan Tepung Hing Shope
Sumurup Sengengeng
Ngasup Ngewodho Balepanjang
Mrih Pangriyome Waringin
Giri Panilas
Jembar Kalangane Sirbudhirahsa
"Pada masa padukuan dipimpin Syekh Asufi Sirulloh, Banyak Utusan yang bermukim di Pesantren Duku Maja, Menuntut ilmu kehidupan (Agama Islam), Hingga Masjid Sirbudhirahsa tidak muat menampung jamaah, Saat petang Syekh Asup membawah (dibahu) Balepanjang, ditarau di bawah pohon beringin, Bukit Panilas, Masjid Sirbudhirahsa diperluas hingga kepelatarannya"
- Nyimas Jagung
Putri Syaikh Delik Semuningaran yang bernama Nyimas Halif Lambang Siti Nafisah menikah dengan Pangeran Lelana. Dalam catatan seloka Baranti tertulis:
Dedalaning pati hiku kawitan lawan niteni ananeng tilem
iwal kongsi luput rikala nglakoning kahanan Hanyut
tumeka salerese tilem,
saka ayemayeme tumeka lali ing undakundake dadi pratandhane,
Kaping kalih ngundi tekad uripira pyambek,
ngombe napas supados dadi Anpas.
Anpas denpeksa supados manunggal kelawan Tannapas.
Tannapas nyata manunggal lawan Nupus
lakune ing manggoneng kahanan iklas teguhing jaya.
Sabda kala
Rikalaheng mangsa tinaritan
Cinaritaneng badal komalan jati
Saba wana anata giri
Pangeran Caruban kang siweg amanuti prentahing ramanda
Lakutama ngelelana
Andadar goneng ngurip nganggu pangaweruh
Ngelampah ngetan paliring sagara
Warsahe lawasing sasi
Ninukul pangbaranti ing manah
Maring ramah biyang
Angmung ngawikani karanane ananeng titah ramah punika
Mangkya mulih ngambah margi angliring
Cala dal pinuju ngamparan jati
Goneng kinasepahan pyambekira
Tibah telinging wana waptuning dukur
Mimiti wulu asembah bakti mring Hyang
Hangaso sajroning ngimpen
Tur rampung weptuning ngasar
Ngawodho kalangenaningtyas
Amiyarsa kalayung swaraning noja ngawos halus
Iki alas semene awawung rungked
Witwit samya purba
Ana swaraning wonja wos kidung rosul
Lamatlamat swaraning pramananingtyas
Wahila robbika pargob
Jaka Lelana pinados ananeng mami
Telenging wana aningal langgar
Lawang kroya luhunging tlaga
Banyu tirta wening
Nyawange kongsi lalangen
Mring jatmikaning mukti wanoja
Liring luwe swara ngawos
Tan kemutan ngacekat
Lebet dampal toya tlaga dadi
Krungon halus Cung anata
Giri basa lawan gunung
Ana lakutama dursila
Becik abebecik katitik
Anggugah ngeran lelana
Gancang mudal saka toya
Ayun pangampura ramah
Kirang sono diri kawula
Sabab kalangenan mring swara
Pangawos nyimas ika
Ing luhung tlaga wawudadi
Yenna purun ayun pitakonan sinten puniki
Cah bagus iku apuputraningsun
Nyimas Halip Lambang Siti Napisah
Iki kula Hindu Haji
Hiku lawang kroya Sirbudhirahsa
Jaka lelana isin sajroning ngati
Duh iki tlataning sarah bahu
Siten kasucen panggonaneng guru rama kawula Hadi Caruban
Lelana halus hamatur sembah bakti ayun pangaksami
Kigeng Hindu halus amatur
Beng, ado pepantes manungsa
Sinujud mring sepepada
Luput lepat nyuwun pura mring Hyang
Titis waris pun serating gusti
Halus himba lelana
Inggih ramah nyuwun pangampura
Kula mung wong sudra
Kang tanuning tata kraman
Hayun denatampih sembah bakti kula
Denidin mulang ngangsuh pangawikan
Hing tlatah sarah bahu puniki
Beng, bapa uning sapa setuhu nira
Cah bagus sabah wana
Manuting prentah ramah lelaku lana
Titising Hyang Silih Wangi
Bismillah tan pungkasan angadeg jumeneng
Sembah lelana katampi
Mring Seh Muja Wati Qudratulloh
Padang genjrang sawangane Ngeran lalana
Wana dadya setuhu padukon
Katah cantrik saka sabah liyan
Hestu setuhune iki panggonan guruning ramah Cakrarat
Seh wong mandaraguna sakti tan mungsu
Malih duku rame katingal wana rungkad
Tibahing mangsa Pangeran Lelana Hanyantrik
Denpupuh mantu Seh Muja
Tepung Jodoh kaliyan Nyilambang
Tamat
.....
Anata Ran Nawa
Tumurun sada lanang
Kinastryan Panata Gama Turanggana
Memayu Tlatah tur sinawangan kilene
Alungguh Rengas delik
Kang sinahu paran pinaran
Ana ne kang tan nganani
Kusawane tan sinagasani
Sloka Sarosowan
Hijabeng Hasan Mulang Madanurweda
Ramah Sada Tlatah Sucen
Sagotra Mring Pyambeke
Carubane Poro Sasanadrya
Gemaning winangun Sarosowan Jaladri Kilen
Seloka Tabu Renteng
Cumbuhing wiwayahing Tlatah
Giri winungkuk Siten Mataram
Asal tinukul rerembahan kiwas
Rengas Delik denkaturi rika
Hanyawat Haji Pamulang Gamel
Buraksanata malih kaga
Sadasya Madanur darmayuda
Syekh wang darmabakti
Sadu Juhuding saka ratna
Suci hing karep kuwasan
Amung mulih tlatah pal sagotra
Renteng denawodho merang
(Disadur dari Serat Ageng Hong Dji Mamayu Ayuhing Siti Gamel).
(Babad Yang dibacakan saat Acara Nilas Bedaya Masjid Sirbudhirahsa Tanggal 07 April 2016)
Bismillahi amimit ingsun kelawan isime Gusti Kang Amurbeng Jagat. Rupa papat lebur manunggal ing Wujud. Sagunge pangksami kakatur mring Hyang Widi Kang Rohman lan Rohim, sebab wani wani ababar Witaji kang pun kayoman Waringin rungkad. Waringin dadya pratandaning laku tama, aris budhi tan budigal. Mugi wiwal saka kalepatane pepeleng panggrahita lan Manah. Anyaksenan ingsun: Ya Ingsun dat Tunggal, Pangrindoning Dat, Dat Suci, Sucining Dat.
Rikala zaman kang kapungkur, Ana satunggaling manusa saka tlatah poro ambiya kang jejuluk Syekh Semuningaran saking Bagdad Nagari kang mangrupi Panditaning Negeri Rum. Syekh semuningaran utawi Syeh Samar utawi Sanghyang Semar, manut nuruti pestene Hyang Ilahi, golek panggonan anyar kangge nyebaraken Syarengate Jeng Nabi Pungkasan agami kang Utami.
Sang Syekh Semar ngamba segara nenumpakan "Pangurip", dugi ning tanah alas Awang Uwung, sedawane sawangan anane mung wit wit kang masih rungked. Kedugiane Syeh gawe ibur poro sato kewan lan Danyang merkayangan, pating kreyak pating jejerit..jejemplingan. Ana kang bunga ana kang sangar ngrasa panas kaya ning duwure parapara kang memarong. Sang Batara kanguasai alas awang uwung deleng poro kawula rakyate ibur tetawuran, melu greges kepanasan lan ngujar: Eh ana sasmita apa jagat peteng dadi pepadang, kembang mekar lan uwo uwohan pada atub, sato kewan pada rerasan bunga, jin merkayangan pating blingsatan ngrasa sumub. Hmmm... ana manusa Pinilih saka Dewa Jagatnata.
Seh Semar kepanggih kaliyan Sangyang Batara, aris sebahane ayun mangremaning Hyang Widi. Manuti pestene lan kuduhe. Sang Batara tibah welas asihe, nyukani idin Seh Semuningaran manggon ning tanah kuasane. Seh Semuningaran damel panggonan ning tengahe alas awang uwung sajrone alas punika Syeh Semuningaran winangun uamah lan damel Langgar Lawang kroya ning duwure balong wahu dadi rikala wulan pepadang jumenengeng Sirr Budhi Rahsa (Kala Chandra: Sir Budhi Rahsa atau diartikan Tahun 510 Hijriyah). Lan disebut Duku Sarabau kang gadahi makna Sarah iku Sarengat iku Hukum iku ajararan/tuntunan, lan Bahu iku lengan iku banyak; Duku Sarabahu iku Padukuan yang mengajarkan syarengat/tuntunan hidup kang akeh/luas.
Ikulah wedaran saking Wit Waringin Rungkad kawitane asal mula Desa Gamel. Ing Chandrakalane Sirbudhirahsa utawi Tahun 510 hijriyah utawi 1132/1112 Masehi, dadi Umure Mesjid Sirbudhirahsa iki 904 Tahun.
Semonten mawon sejarah kang saged kula wedar kala niki, yen katah kesawonan ayun agunge pangaksami mring poro sepuh lan poro aji kang enten ing tataran siti kasucen Gamel lan tanah jawi. Sebab kula mung manungsa biasa, anak putuh kang pengen uning ing Wite Waringin Rungked kang dadi tetengere silsilahe kawula kabeh anak putuh Gamel.
Filosofi Balepanjang:
Berasal dari bahasa Jawa Kawi/Senkrit terdari dari 2 kata Bale + Panjang.
Bale = Tempat Tidur atau Simbol luwat/Liang lahat atau Kematian
Panjang = Piring atau simbol hidup
Bale Panjang merupakan simbol agemaning manusia hidup sampai meninggal. Berasal dari Bale yang berarti tempat tidur yang mengartikan kematian, sedang Panjang berarti piring tempat makan yang mengartikan hidup. Bagian-bagian serta Simbolis Bale Panjang:
- Kaki Bale Panjang berjumlah 6 yang mengartikan Rukun Iman. Hidup itu harus berlandaskan keimanan.
- Saka berjumlah 5 (1 sepasang disatukan dan diselimuti kain) mengartikan Rukun Islam. Hidup itu bertopang kepada rukun Islam.
- Saka Gantet diikat/diselimutin kain mengartikan Syahadatain yang diikat kuat dalam hati dan laku lampah diri manusia.
- Papan berjumlah 17 batang yang menyimbolkan 17 rokaat atau sholat 5 waktu sehari semalam.
- Saka Asta/Blandar berjumlah 4 yang merupakan simbol dari 4 Mazhab yang dipegang masyarakat Gamel Sarabau tidak fanatik salah satu mazhab (Ningal ing kabehe lan angguguh manut ukum mring Quran)
- Kayu Anggar berjumlah 9 yaitu simbol 9 wali
Bale Panjang setiap tahun diganti atap yang dari "Welit" yang disebut Memayu Bale Panjang yang mememiliki pituah jika Anak Putu Esun sira samiya pada guyub mring tumindak eling/Muhasabah kangge sesae urip tur sumerehe.
Masjid Sirbudhirahsa Gamel pertama kali dipugar dengan tujuan untuk memperluas bangunan masjid karena kian banyaknya santri, diyakini pada tahun 1300an atau abad 14 awal yaitu saat telatah Sarah Bahu (Pesantren) Padukuan Maja, Syekh Asufi Sirulloh atau Generasi ke 5. Ada sebuah catatan dalam aksara Rikasara Murni di sebuah kulit:
Ing Mangsa Tumurun Seh Asupi Sirulloh
Katah Badal Manggoneng Tlatah Sarah Bahu
Ginahu Sarahing Ngurip
Pasujudan Tan Tepung Hing Shope
Sumurup Sengengeng
Ngasup Ngewodho Balepanjang
Mrih Pangriyome Waringin
Giri Panilas
Jembar Kalangane Sirbudhirahsa
"Pada masa padukuan dipimpin Syekh Asufi Sirulloh, Banyak Utusan yang bermukim di Pesantren Duku Maja, Menuntut ilmu kehidupan (Agama Islam), Hingga Masjid Sirbudhirahsa tidak muat menampung jamaah, Saat petang Syekh Asup membawah (dibahu) Balepanjang, ditarau di bawah pohon beringin, Bukit Panilas, Masjid Sirbudhirahsa diperluas hingga kepelatarannya"
Selama beberapa generasi masjid Sirbudirahsa hanya dilakukan penggantian "Welit" setiap tahun sekali, hingga pada tahun 1625 Masjid Sirbudirahsa dibuatkan atap oleh sulthan Keraton Kanoman karena atas jasa Syekh Rengas Delik Sada Lanang atau Pangeran Nawa Diningrat. Sembari memberikan atap juga membangunkan Sitinggil (Balai Desa) dan menobatkan Putra Syekh Rengas Delik yang bernama Raden Anom Talibrata menjadi kuwu dengan Gelar Pangeran Sura Dinato. Masyarakat sering menyebut dengan Mbah Kuwu Sangkan Suro Dinato. Adapun bukti bantuan atap itu tertulid di Saka Asta Masjid Sirbudhirahsa:
Mar Adhi Ngawas
(Turun Langsung Raja Untuk Mengawasi)
Angmung Ngewalen
(Hanya Mengawasi)
5261
(1625 Caka)
Dina Ahad Jemadilakir
(Hari Minggu Bulan Jumadil Akhir)
Tahud Jam Akir
(Tahun Jim Akhir)
82
(Tanggal 28)
Dalam Saka Astha Masjid sebelahnya ( Utara ) juga tertulis catatan (3 Baris) yang berbunyi:
Bengiye Hadhi Manepis Nata Walan (Pada malam harinya Sulthan Memberikan penjelasan detail cara membuat Atap Masjid).
Rugaba Bahana Sinagasa Kuwasan Hulihi (Sebagai Ucapan Terima Kasih akan rasa Syukur atas dikembalikannya Singgasana dan Kekuasaan)
Catatan:
Pemberian atap ini adalah sebagai ucapan terima kasih sulthan kanoman karena bantuan Kigede Gamel (Ada dalam Babad Waringin Rungked)
Huruf Rikasara sebelum tahun 1650 Masehi masih murni. Dan mulai tercampur/ dicampur Carakan saat hubungan dengan Kerajaan Mataram sangat dekat. Huruf Rikasara merupakan Sasandhisara (Tulisan untuk lingkungan sendiri yaitu Padukuan Maja yang pengaruhnya hingga daerah Kadipaten sebagai tulisan kedua selain Aksara Pagon)
Pada masa setelah kemerdekaan Masjid Sirbudhirahsa pun mengalami beberapa kali pemugaran, baik dari bantuan pemerintah maupun swadaya:
- Tahun 1973 Rehab Serambi depan pada masa Kuwu Supandi.
- Tahun 1982 waktu DKM dipegang Ustadz Karim (Ustadz Pendatang) dibuatkan Serambi Kanan dan Kiri Masjid serta menurunkan tinggi lantai Masjid 70 Cm sekaligus penggantian Ampar yang di dalam masjid dengan Tekel serta diganti Nama menjadi Nuurul Karomah
- Tahun 1996 & 1998 penggantian dari beberapa Saka Guru, Blandar (Saka Asta) dan Serambi Masjid oleh swadaya masyarakat pada waktu Desa Gamel dipegang Kuwu Gunawan dan Bantuan dari Kantor Suaka Burbakala Serang yang sekarang bernama Kantor Pelestarian Cagar Budaya Banten. Namun disayangkan pembangunan teras depan tidak mempertimbangkan pakem dan nilai sejarah Masjid kuno karena saat itu masyarakat sangat awam terhadap benda cagar budaya.
- Tahun 2013 dibangun Teras depan sebagai tempat parkir dan bangunan pusat informasi serta museum Masjid pada masa DKM H. Yoyon Supriyono dan Kuwu H. Abdul Gani.
https://www.youtube.com/watch?feature=youtu.be&v=oKCxYXd7-wM&app=desktop